Kristokosmopolitan

Beragama yang Melampaui Identitas
Sumber gambar: ClaretPath.Com

(Yesus Kristus: Pusat Peribadatan & Peradaban)

ClaretPath.ComKristokosmopolitan

(Yesus Kristus: Pusat Peribadatan & Peradaban)

Hari Kamis Pekan Biasa Ke-V, 9 Februari 2023

Bacaan I: Kej. 2:18-25

Bacaan Injil: Mrk. 7:24-30

Gereja Katolik bertumbuh dan berkembang di dalam sejarah; ruang dan waktu. Kehadiran gereja Katolik telah melewati beberapa kebudayaan hingga pada akhirnya menjadi kebudayaan dan peradaban baru. Gereja lahir di lingkungan Yahudi dan menyusui dalam kebudayaan Yahudi. Gereja kemudian bertumbuh di lingkungan Yunani, dengan menyantap fisafat Yunani sambil menata ajarannya sendiri untuk bisa ‘terlepas’ dari kebudayaan Yahudi. Setelah mendapat asupan gizi filsafat Yunani, Gereja besar di lingkungan Romawi yang kala itu menjadi kekaisaran adidaya. Dan pada akhirnya, gereja Katolik menjadi pusat peradaban bagi lingkungan Romawi Latin.

Gereja Katolik pada mulanya hanya pusat peribadatan, namun kini telah menjadi pusat peradaban. Pengaruh Gereja Katolik bagi dunia cukup terasa berkat jasa Para Paus yang menimba semangat iman dari Yesus Kristus. Salah satu Paus yang cukup berpengaruh bagi dunia internasional adalah Paus Fransiskus. Ia telah melewati serangkaian perjalanan di Timur Tengah dan Afrika untuk menyerukan perdamaian. Hasil dari perjalanannya itu adalah penandatanganan dokumen bersejarah Abu Dhabi tentang perdamaian dunia.

Selain untuk perdamaian dengan sesama manusia, Paus Fransiskus juga pada tahun 2015 mengeluarkan Ensiklik Laudato Si. Ensiklik itu berisi seruan perdamaian dengan bumi dan segala ciptaan. Selain itu, eksiklik tersebut juga membahas tentang keprihatinan terhadap ibunda bumi dan problematika masa depan umat manusia. Persoalan yang tenah terjadi adalah peningkatan polusi udara, pemanasan global dan penumpukan sampah. Isi ensliklik ini tertuju kepada semua penduduk bumi dan boleh kita katakan bahwa ensiklik ini sangat kosmopolitan di mana sasaran ensiklik ini untuk semua orang tanpa mengenal suku, ras dan agama.

Baca juga :  “Hidup Sempurna: Hidup Yang Selaras Dengan Kehendak-Nya”

Tentu saja isi dari Ensiklik ini tidak terlepas dari inti ajaran Kristiani yang berbicara tentang kasih kepada sesama. Makna mencintai sesama mestinya meluas sehingga tidak hanya terbatas pada manusia saja tetapi juga cinta kepada sesama ciptaan. Namun inti dari ensiklik itu adalah tentang kebaikan kosmopolitan atau tempat untuk semua orang dan segala ciptaan di dunia.

Konsep Keselamatan Yahudi

Penginjil Markus hari ini menampilkan satu cara berpikir dan bertindak Yesus yang baru dan tidak seperti apa yang sering kali orang Yahudi lakukan. Bagi orang Yahudi, bangsa merekalah yang terbaik dan satu-satunya yang akan selamat, sementara bangsa-bangsa manusia di luar Yahudi, Allah tidak akan memberikan keselamatan. Tentu saja konsep ini yang terus menjadi kebanggaan orang Yahudi barangkali sampai saat ini. Namun kebanggan seperti ini tidak berlaku bagi Yesus. Meskipun kebudayaan ini berakar kuat, namun Yesus tidak terpenjara di dalam pemikiran di luar Yahudi tidak ada keselamatan (Extra Iudaismum Nulla Salus).

Yesus melangkah tidak hanya di dalam teritori Yahudi tetapi juga di luar teritori Yahudi yakni di daerah Tirus dan di sana Ia menjumpai seorang perempuan Yunani berkembangsaan Siro Fenesia. Sudah sangat jelas bahwa perempuan itu bukan orang Yahudi dan dari asal usulnya saja kita sudah melihat bahwa mereka bukan bangsa pilihan Allah. Namun, berkat iman perempuan itu, bangsanya pun turut terselamatkan. Artinya, imannya juga telah menyelamatkan bangsanya.

Baca juga :  Paus Fransiskus: Kriteria Menjadi Orang Pertama

Iman perempuan Siro Fenesia ini menjadi alasan terjadinya mukjizat di luar Yahudi. Di sini Yesus hendak mengajarkan kita bahwa di luar Yahudi ada keselamatan (Extra Iudaismum salus est). Dan bangsa Yunani serta Siro Fenesia telah mendapat cahaya keselamatan dari Yesus. Ia telah membuka ruang keselamatan kepada bangsa lain. Dan gaya ini kita boleh sebut Kristokosmopolitan yang berarti semuanya berdiam di dalam kota Kristus yang maharahim.

Yesus hendak membangun satu peradaban baru di satu kota yang sama, di mana semua orang boleh meneguk sejuknya air kehidupan yang Yesus berikan, sebab diri-Nya adalah sumber air yang hidup. Peradaban di dalam satu kota yang dikuasai oleh Kristus (Kristokosmopolitan) merupakan satu proyek iman yang amat besar dan saat ini Gereja Katolik menjadi Kristokosmopolitan bagi segala suku dan bangsa. Di dalam Yesus ada cahaya kebenaran yang hendak menerangi segala bangsa.

Baca juga :  Altar Ketamakan Paus Fransiskus

Mengatasi Ekslusivisme Yahudi

Dengan demikian, ekslusivisme Yahudi bisa teratasi dengan Kristokosmopolitan yang telah mulai oleh Kristus bagi segala bangsa di dunia sejak perutusan-Nya ke dalam dunia. Perempuan Siro Fenesia adalah gambaran orang-orang yang percaya kepada Yesus meskipun tidak ‘terpandang’ (baca: orang kafir/orang berdosa). Iman kepada Kristus dalam bentuk perkataan dan perbuatan, membuat kita memperoleh keselamatan kekal di dalam Tuhan.

Mari kita bersama membangun kristokosmopolitan bagi segala bangsa agar keselamatan bisa dirasakan oleh semua orang. Semoga kita bisa terhindar dari ekslusivisme sempit dan bergerak untuk berpikir secara global demi keselamatan bersama. Mari kita bangun kristokosmopolitan dengan cinta kasih dan kebaikan sebab keselamatan telah terbuka kepada segala bangsa yang ada di dunia. Maria kita tinggalkan pemikiran Extra Iudaismum Nulla Salus menuju Extra Iudaismum Salus Est: di luar Yahudi ada keselamatan (juga). Semoga Yesus Kristus bukan hanya menjadi pusat peribadatan tetapi juga pusat peradaban sehingga terciptanya satu dunia dan baru yang dikuasai oleh Kristus (Kristokosmopolitan).