Pergilah Juallah Segala Milikmu!

Pergilah jualah segala milikmu!

ClaretPath.com– Pergilah juallah segala milikmu.

  • Bacaan Pertama: Yeh 24:15-24
  • Bacaan Injil: Mat 19:16-22

Sahabat-sahabat ClaretPath yang terkasih. Bacaan Injil di awal pekan ini sungguh istimewa untuk kita renungkan bersama. Kita ditampilkan sebuah kisah menarik dimana ada seorang muda yang datang kepada Yesus. Ia kaya dan dalam injil Lukas 18:18 menyebutkan bahwa ia adalah seorang pemimpin. Tetapi orang itu mau datang kepada Yesus dengan bertelut (Mark 10:17) dan mau bertanya kepada Yesus. Ini menunjukkan kerendahan hatinya. Ia tidak seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang sombong dan selalu menyerang Yesus. Ada hal yang menarik bahwa orang ini kaya dan punya jabatan. Tetapi ia memikirkan hal-hal rohani, yaitu hidup yang kekal. Ini tentunya sesuatu yang bagus bila kita sandingkan dengan potret kehidupan saat ini dimana cukup banyak orang yang hanya memikirkan hal-hal duniawi saja sampai lupa waktu untuk Tuhan.

Bila kita mengikuti dengan cermat kisah ini, rupa-rupanya ada keyakinan yang kurang beres dari pemuda ini yakni percaya pada doktrin sesat “salvation by works” (keselamatan melalui ketaatan/perbuatan baik). Ada semacam keyakinan bahwa saya taat/melakukan semua perintah Allah, maka saya selamat. Ia percaya jika kehidupan kekal dapat diraih dengan usaha berbuat baik. Itulah sebabnya ia bertanya perbuatan baik apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh hidup kekal. Dia sudah mentaati semua perintah Allah/menaati perintah Taurat dengan baik. Lalu, Apa yang masih kurang?

Baca juga :  Meninggalkan Segala Sesuatu dan Mengikuti Yesus

Yesus menangkap kekeliruan anak muda ini, maka Ia memberi sebuah pelajaran penting dengan mengatakan: “Jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”. Penekanan pada kata “sempurna” menggarisbawahi ajaran Yesus bahwa hanya satu yang sungguh-sungguh sempurna yakni Allah. Pemuda ini sudah taat tetapi ketaatannya bukan ketaatan yang sempurna. Perhatikan pada permintaan Yesus yang menggunakan kata “segala”. Jelas bahwa tidak mungkin ada orang yang bisa taat secara sempurna dan karena itulah maka tidak ada seorangpun bisa dibenarkan oleh Allah karena ketaatan/perbuatan baiknya sendiri. Jadi tujuan Yesus sangat sederhana yakni mengingatkan pemuda ini bahwa keselamatan atau kehidupan kekal tidak diperoleh melalui ketaatan perbuatan baik melainkan rahmat gratis dari Allah. Yesus menyadarkan pemuda itu bahwa ia tidak mungkin mendapatkan hidup yang kekal dengan usahanya sendiri. Kehidupan kekal adalah anugerah Allah.

Baca juga :  ENIGMA, MANUSIA DAN KOSA-KATANYA | Renungan Harian

Selanjutnya kita melihat reaksi pemuda ini yang enggan untuk menjual segala sesuatu karena banyak hartanya. Ketidakmauannya untuk menjual hartanya dan membagikannya kepada orang miskin membuktikan bahwa sebetulnya ia tidak mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Yesus menunjukkan kelemahan/dosa anak muda ini yakni adanya “allah lain” dalam dirinya yaitu uang/harta, yang ia cintai lebih dari Allah/sesama manusia, bahkan lebih dari hidup yang kekal.

Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita adalah apakah harta yang dimiliki dapat menghambat seseorang untuk mengikuti Tuhan atau mencapai hidup kekal? Saya merenungkan bahwa dalam Injil ini sebenarnya bukan harta yang dimiliki yang menjadi fokus utama sebagai penghalang seseorang untuk mengikuti Tuhan dan untuk memperoleh hidup kekal. Fokusnya adalah pada undangan Tuhan yang mengajak pemuda untuk menjual harta yang dimiliki dan membagikannya kepada yang lebih membutuhkan. Di sini, Tuhan lebih menekankan pada ajakan untuk tidak menggunakan seluruh harta pribadi untuk diri sendiri. Tuhan Yesus mengundangnya untuk memiliki hati terbuka terhadap sesama. Namun, ketika mendengar ajakan Tuhan, “pergilah pemuda itu dengan sedih sebab banyak hartanya”. Bagian akhir dari perikop Injil menampilkan kepada kita tentang bagaimana si pemuda tadi akhirnya merasa sulit untuk melaksanakan undangan Tuhan. Keputusannya untuk pergi dengan sedih, menunjukkan bahwa ia adalah orang berkecukupan yang sulit untuk bersolider atau berbagi.

Baca juga :  Tata Krama, Mempermudah Pewartaan

Sahabat-sahabat ClaretPath yang terkasih, dengan merenungkan Injil pada hari ini, mari kita melihat hidup kita masing-masing. Pertama-tama perlu kita sadari bahwa hidup kekal sesungguhnya adalah anugerah Allah bukan karena usaha kita. Saat ini tak bisa dipungkiri, ada banyak hal yang membuat kita tidak sepenuh hati berserah diri pada Tuhan. Mungkin kita perlu bertanya apakah uang, pekerjaan, studi, keluarga, hobi merupakan “allah lain” dalam hidup? Mari kita menyadari bahwa semua harta kekayaan duniawi yang kita miliki, sejatinya adalah rahmat yang Tuhan berikan. Allah mengundang kita untuk juga berbagi rahmat kepada sesama yang membutuhkan.