Kesaksian Sebagai Tanda Kesatuan Dengan Allah

VIENNA - JULY 27: Holy Trinity. Detail from fresco of scene from apocalypse from 19. cent. in main apse of Altlerchenfelder church on July 27, 2013 Vienna.

Hari Kamis Pekan IV Prapaskah, 31 Maret 2022

Bacaan I: Kel.32:7-14

Bacaan Injil: Yoh. 5:31-47

Pena Claret.com– Para Sahabat pena claret yang terkasih dalam Kristus, bacaan Injil yang akan kita batinkan bersama dalam edisi hari ini, seyogyanya mau mengajak kita untuk selalu mengarahkan hati dan pandangan kita  pada sebuah kesaksian hidup. Sangat jelas dikisahkan oleh penginjil Yohanes, bahwa Yesus sedang memberi sebuah kesaksian hidup tentang Allah Bapa dan juga  Diri-Nya sendiri. Sementara Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang kebenaran yang sejatinya pun adalah Yesus sendiri. Singkat kata, kesaksian yang diberikan Kristus hari ini bukanlah sebuah kesaksian atas Diri-Nya sendiri melainkan juga sebuah kesaksian atas keintiman relasi-Nya bersama Bapa dan juga Roh Kudus. Atau dengan lain perkataan, kesaksian akan Allah itu bersifat Trinitarian. Karena itu pula, kesaksian hidup adalah sebuah tanda persekutuan atau relasi intim antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Baca juga :  Taat Bukan Sebatas Show

Kesaksian juga berarti suatu cara atau tindakan yang sangat sifatnya mendesak, tepat dan tentunya sangat berfaedah untuk diwartakan. Pengalaman perjumpaan yang terkadang menggugah, meyakinkan hingga menggetarkan akan memberanikan seseorang untuk bersaksi. Kesaksian ini pun biasanya lahir dari suatu pengalaman hidup. Karenanya, kesaksian juga selalu berkaitan erat dengan  pewartaan.

Dalam kesaksian-Nya, Yesus juga bersaksi tentang Bapa yang mengutus-Nya untuk melaksanakan proyek keselamatan Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan lainnya. Yesus berkata, “Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala perkerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku”(Yoh 5: 36). Kesaksian Yesus ini merupakan gambaran kesatuan-Nya dengan Bapa dalam Roh Kudus yang tak terpisahkan.      

Baca juga :  Mengasihi: Kunci Kesetiaan

Kedekatan atau relasi intim antara Yesus dan Bapa-Nya dalam Roh Kudus selalu dalam misi menyelamatkan alam ciptaan, termasuk manusia. Sangat jelaslah bahwa Yesus diutus oleh  Bapa untuk melaksanakan misi keselamatan tersebut. Artinya Yesus datang ke dunia ini bukan atas kemauan-Nya sendiri melainkan IA datang ke dunia karena di utus oleh Bapa. Karena itu, tidak mengherankan apabila Yesus memberikan diri seutuhnya kepada semua perintah Bapa-Nya demi keselamatan manusia dan seluruh ciptaan lainnya. Perutusan Yesus ke dunia untuk melaksaksanakan pekerjaan Bapa-Nya dilalui dengan cara; mencintai, melayani, menyembuhkan orang sakit, dan menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya dan juga Bapa yang telah mengutus-Nya.

Baca juga :  “Kebangkitan dan Fakta Perjumpaan Yang Mengubah”

Para sahabat Pena Claret yang terkasih, akhirnya hal yang sama juga berlaku bagi kita yakni kita dipanggil bersaksi tentang Sang Anak manusia, yakni Yesus Kristus. Kita diundang untuk membangun relasi yang intim dengan Allah, dan juga memberikan diri seutuhnya kepada-Nya dalam seluruh karya keselamatan Allah. Kita diajak untuk menjadi rekan kerja Allah. Mari kita bersaksi bukan sekedar berkata-kata saja, tetapi kehidupan kita sendiri yang mampu membawa sukacita dan kebahagiaan kepada semua orang yang kita jumpai dan layani dalam seluruh dinamika petualangan kemuridan kita. Semoga Tuhan memberkati.