Selasa, 21 Juni 2022, Pekan Biasa XII
Bacaan I : 2 Raj. 19:9b-11,14-21,31,35a,36
Bacaan Injil : Mat: 7:6,12-14
Dunia ini dilanda kegilaan. Banyak hal berubah dengan cepat. Perubahan seperti mengalir tak tentu arah. Hingar bingar dunia ini melempar banyak orang ke dalam kegilaan. Bersua di dunia nyata atau virtual, orang menenggak kegilaan. Kegilaan dunia ini sarat kompetisi. Banyak orang berlomba untuk mengejar prestise. Orang menjual privasi demi sebuah apresiasi dan riuhnya tepuk tangan. Nyatanya jempol para penikmat dunia di balik layar nampak prestisius.
Orang memamerkan berbagai simbol. Kekayaan, orang tercinta, keberhasilan, atau apa pun itu pasti disiarkan. Tak ada yang tahu entah berniat buruk entah berniat baik. Hal yang pasti ialah seseorang ingin agar orang lain tahu bahwa ia eksis, bukan sekadar narsis. Dunia ini seperti sedang digerogoti kegilaan. Entahlah mungkin orang ingin memberi makna baru bagi kehidupan. Syahdan simbol yang tak nyata itu dijadikan nyata. Simbol itu memberi nilai bagi eksistensi. Kendati ia bukan hal esensil dari kehidupan. Apa yang sebenarnya dikejar banyak orang? Mungkin orang sedang mengejar kebahagiaan, meskipun kebahagiaan itu tak melulu melalui jalan mulus. Batasan tabu mengabur. Hal tabu malah menggugah rasa ingin tahu.
Sahabat Pena Claret yang terkasih, kita hidup di dalam dan dari dunia. Kita turut hanyut dalam arus dunia. Kita menengok kehidupan orang lain. Kita mengambil dan mengimitasi makna dari kehidupan orang lain. Kegagalan, keberhasilan, hal baik atau hal buruk memperkaya kehidupan kita di dunia ini, namun kita memiliki kecenderungan untuk terus meniru hal buruk. Kita diajarkan untuk menyangkal banyak hal demi kenikmatan surgawi nantinya. Kita berusaha untuk menyangkal banyak hal. Akan tetapi, dunia pun turut mengajari dan merayu kita. Kita dirayu dengan berbagai hal bernada kenikmatan, kendati semu adanya. Sekalipun semu, kita tetap tidak jemu untuk terjerumus di dalamnya. Kita berduyun-duyun menyambut kenikmatan tersebut. Lantas, Injil hari ini menegur kita. Nasihat Yesus dalam injil hari ini menyentil hal esensil yang kita lupakan. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Mat. 7:13).
Bacaan injil hari ini mengundang kita untuk, dengan iman dan akal, tetap menjaga kewarasan kita di hadapan kegilaan dunia. Kita diajak untuk terus hidup dalam usaha. Usaha untuk menyangkal kenikmatan semu saat ini dan mengundang orang lain untuk turut berjalan bersama kita menuju kenikmatan surgawi yang kita dambakan. Semoga Tuhan memberkati kita.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas sanata Dharma Yogyakarta.