ClaretPath.Com–Kebutaan Iman Akan Yesus
Hari Rabu Pekan Biasa Ke-VI, 15 Februari 2023
Bacaan I: Kej. 8:6-13, 20-22;
Bacaan Injil: Mrk. 8:22-26
Ilustrasi Singkat
Suatu hari, seorang guru hendak masuk ke kelas untuk mengajar. Kelas yang tujuannya adalah kelas 3 SD. Guru tersebut hendak mengajar cara membaca kepada anak-anak dalam kelas tersebut. Setelah menjelaskan dan meminta murid-muridnya untuk belajar sendiri, dia mendapati seorang murid yang kesulitan untuk menerapkan apa yang telah sang guru jelaskan sebelumnya. Murid tersebut memang terkenal sangat sulit menangkap penjelasan guru.
“Sudah bisa membaca?”, tanya guru tersebut.
“Belum ibu. Saya tidak mengerti dengan penjelasan ibu”, jawab si murid.
Dengan kesabaran tingkat tinggi, si guru mencoba menjelaskan lagi, lagi, dan lagi. Hal itu dilakukannya agar si murid bisa membaca tulisan yang ada. Hingga pada akhirnya, si murid bisa sedikit membaca, walau tidak seperti murid-murid yang lainnya.
Masih “Buta”
Injil pada hari ini berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan seorang buta di Betsaida. Kisah ini sangat menarik. Sebab, jika kita membaca teks ini secara teliti, kita akan menemukan suatu “keanehan” pada aksi Yesus, yakni Yesus harus melakukan aksinya sebanyak dua kali pada si buta agar si buta dapat melihat.
Pada aksi yang pertama, Yesus mesti harus “memegang tangan orang buta, membawa keluar kampung, meletakan tangan atas si buta, dan bertanya”. Aksi ini adalah sesuatu yang tidak biasa Yesus lakukan saat hendak menyembuhkan orang. Dan hasilnya, aksi ini belum begitu menjawab ekspektasi si buta, karena hasilnya si buta bisa melihat orang, tetapi orang-orang tersebut seperti pohon-pohon. Barulah pada aksi yang kedua, yakni “meletakan lagi tanga-Nya pada mata orang itu”, si buta bisa melihat dengan baik.
Mengapa Yesus harus sampai membuat dua aksi sekaligus pada orang yang sama agar si buta itu bisa melihat? Apakah unsur keilahian yang ada pada diri Yesus tidak lagi mempan?
Sebenarnya, Yesus bukannya tidak mampu untuk menyembuhkan si buta dengan sekali sentuhan atau dengan hanya bersabda saja. Dua aksi ini sebenarnya menggambarkan tentang situasi batin dari para murid dan para pendengar-Nya. Pasalnya, para murid dan para pendengar-Nya (termasuk orang-orang yang tidak suka dengan Yesus), tidak terlalu percaya dengan Yesus. Hati dan pikiran mereka masih “buta” dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Mereka mengalami kebutaan Iman akan Yesus. Mukjizat dan Sabda-Nya yang menghidupkan belum bisa diterima oleh para murid dan para pendengar-Nya. Kebutaan hati dan pikiran inilah yang menyebabkan mereka meminta tanda dari surga sehingga mereka bisa percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias (Mrk 8:11-13).
Situasi Kita
Hari-hari ini, ada begitu banyak orang Kristen yang mulai mengalami “kebutaan” iman. Mereka perlahan-lahan tidak lagi percaya pada Yesus. Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan, tidak lagi bermakna kehadiran Kristus. Mereka malah mencari yang punya embel-embel “masuk akal”, yang bisa dijelaskan pakai akal. Mereka maunya kalau Yesus itu bisa di-masuk akal-kan seutuh-utuhnya, jika tidak, mereka tidak lagi percaya pada Yesus, dan akan pergi meninggalkan Yesus. Sayang sekali, hal tersebut rupanya bermula dari kebutaan hati dan pikiran. Orang-orang seperti inilah yang tidak mampu memaknai kehidupan mereka dengan Yesus.
Untuk itu, pertama, marilah kita sebisa mungkin membuka mata hati dan pikiran kita pada Yesus. Yesus adalah segala sesuatu dalam kehidupan kita. Kita mesti sadar bahwa Yesus sedang berada bersama kita. Kedua, penting bagi kita untuk membantu orang-orang yang mengalami “kebutaan” iman, agar mereka terbantu untuk perlahan-lahan membuka mata hati dan pikiran pada Yesus. Orang-orang tersebut mesti terus-menerus mendapat penjelasan, sebagaimana cerita di atas. Hal tersebut mesti dilakukan agar mereka tidak hidup dalam kesesatan dan kegelapan. Semoga Rahmat Tuhan membantu kita.
Misionaris Claretian penghuni Komunitas Teologado Claretiano de Centroamérica, El Salvador