Introspeksi Dong!

Picture by: Only Messages

Rabu Pekan Biasa XXVIII

Bacaan I        : Rom 2:1-11

Bacaan Injil  : Lukas 11:42-46

Penaclaret.com – Salah satu kelemahan manusia adalah menempatkan orang lain sebagai objek untuk memuaskan diri. Dengan kata lain mementingkan diri sendiri dengan cara mengkambinghitamkan orang lain. Sering kali kita menempatkan kesalahan kepada orang lain dengan motivasi menyelamatkan diri. Situasi seperti ini mungkin sering kita lakukan untuk menghindari rasa malu atau lari dari masalah yang kita hadapi. Berhadapan dengan situasi ini, masih pantaskah kita menyebut diri sebagai pribadi yang bertanggungjawab?

Sahabat Pena Claret yang terkasih, kurang lebih seperti inilah situasi yang digambarkan dalam kedua bacaan hari ini. Dalam bacaan pertama rasul Paulus menegaskan untuk tidak menghakimi orang lain, karena diri kita sendiri pun tidak luput dari kesalahan (Rm 2:1). Kita sering menghakimi orang lain dengan ketidakjujuran. Hanya Allah sajalah yang menghukum secara jujur dan adil (Rm 2:2).

Baca juga :  Kesetiaan Wanita

Dalam bacaan Injil kita mendengar Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat dengan mengatakan “Celakalah kamu hai orang-orang Farisi (Luk 11:42, 43, 44), dan Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat (Luk 11:46).”. Yesus mengatakan hal demikian karena melihat praktik hidup orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang menindas masyarakat biasa dengan mengatasnamakan agama. Agama dijadikan tameng perlindungan diri agar bisa menindas orang lain.

Sahabat Pena Claret yang terkasih, benang merah yang dapat kita ambil dari kedua bacaan pada hari ini adalah soal “introspeksi diri”. Kita perlu melihat ke kedalaman diri dan mengubah diri dengan tidak memfitnah orang lain. Sebelum kita menghakimi orang lain, kita perlu melihat diri apakah kita tidak pernah melakukan hal serupa? Kita sering menilai orang lain dengan mematok standar sesuai dengan kelebihan, kemampuan yang ada dalam diri kita. Kita tidak pernah sadar bahwa setiap orang berbeda dalam banyak hal. Apa yang kita bisa belum tentu orang lain bisa, begitu pun sebaliknya, apa yang orang lain bisa belum tentu kita bisa. Kita diciptakan dengan kapasitas yang berbeda. Oleh karena itu, tidaklah baik kita menilai orang lain, menghakimi orang lain dengan menggunakan kapasitas yang kita miliki.

Baca juga :  Mukjizat Terjadi Ketika Kita Berkorban

Kadang kita harus menjadi orang lain agar bisa memahami yang dia rasakan. Menjadi orang lain berarti memahami kekurangan dan kelebihan dirinya. Kita tidak memiliki hak untuk menguasai dan menindas orang lain, sebab Tuhan yang menciptakan kita tidak menindas siapa pun. Ia mengajarkan kita untuk saling mengasihi satu sama lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Baca juga :  Tuhan Selalu Peduli dengan Hidup Kita

Sahabat Pena Claret yang terkasih, Tuhan Yesus pada hari ini mengajak kita untuk berlaku bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, jangan menghakimi dan menilai orang lain sesuai dengan ukuran kita. Jangan menjadikan orang lain sebagai objek kekuasaan dan kerakusan kita. Menghargai sesama sebagai pribadi adalah kunci persaudaraan yang sempurna. Dengan menghargai sesama berarti kita juga menghargai Allah. Dengan demikian, orang lain akan menghargai kita sama seperti kita menghargai mereka. “Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain sebagai saudara dan bukan menertawakan mereka sebagai hakim.”

Tuhan memberkati.