Opini  

Etika Pendidikan Keluarga

Oleh Fr. Jery Mamput, CMF

Etika Pendidikan Keluarga
Picture by ClaretPath.com

ClaretPath.com – Etika Pendidikan Keluarga | Keluarga merupakan tempat pertama seseorang mulai dibentuk. sangat jelas bahwa keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam pembinaan maupun pembentukan kepribadian atau karakter. Seorang anak yang di dalam keluarga kurang diperhatikan atau kurang merasakan cinta dari orangtua misalnya, cenderung menjadi anak yang suka menarik perhatian orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh, cara mendidik dalam keluarga sangat penting bagi pembentukan karakter seseorang.

Anak cermin keluarga

Keberhasilan keluarga (orangtua) dalam mendidik anak akan tampak dalam perilaku atau tindakan anak ketika berada di tengah masyarakat. Bisa dikatakan bahwa tindakan sosial seseorang merupakan produk dari pola didik keluarga. Pola didik yang baik dari keluarga membuat banyak orang berhasil menjaga suatu relasi yang nyaman dalam semua Tindakan sosial.  Relasi sosial terjalin dengan baik ketika seseorang bertindak atau berkata-kata yang bermoral atau system relasi yang dibangun sangat mengedepankan etika.

Banyak orang menganggap bahwa yang utama dalam segala sesuatu adalah belajar sesuatu yang bermanfaat, yakni pendidikan etika itu sendiri.

Diri dan Keluarga menjadi krisis

Sebenarnya, permasalahan dunia sekarang terjadi karena dimulai dari dalam diri setiap orang. Ketika diri kita membiarkan suatu konsep atau pemahaman negatif tentang diri sendiri, hal ini juga akan terbawa ketika  memberi penilaian terhadap orang lain. Singkatnya bahwa moralitas akan runtuh ketika etika tidak mendapat tempat dalam pikiran dan isi hati. Permasalahan juga terjadi dalam diri orangtua yang tidak menempati posisinya dengan baik di dalam keluarga. Ini merupakan suatu gagasan yang baru tapi konyol, bagaimana mungkin kita menilai bahwa keluarga bukan penjamin keberhasilan suatu pendidikan. Banyak orang (orangtua) pada zaman demikian lebih memilih suatu pekerjaan dibandingkan apa yang harus diprioritaskan. Tidak ada kemungkinan bahwa kita menganggap masa depan dari pendidikan etika pada periode semacam itu adalah sebuah kegagalan.

Baca juga :  Proyek Rekayasa Manusia

Keluarga: kesuksesan pendidikan sekadar biaya

Pendidikan menurut pemahaman saya merupakan suatu cara untuk memahami situasi perkembangan dunia dalam suatu kekeliruan dan ilusi yang berwajah ganda. Hal yang paling keji lagi adalah kita selalu menganggap remeh kekeliruan ini, sehingga kekeliruan terbesar adalah meremehkan situasi seperti ini (Morin, Tujuh Materi Penting Bagi Dunia Pendidikan, 2005). Ini merupakan kekeliruan Bersama. Kita tidak pernah melihat sejauh mana kita telah belajar demi sebuah pengetahuan, kita hanya memikirkan saya bisa bekerja. Sangatlah tidak mendasar bila kita terus memakai cara berpikir seperti ini.  Kajian yang perlu ditanggapi dan dimainkan sekarang adalah penilaian untuk sebuah Pendidikan dan para pelaksana Pendidikan (orangtua). Apakah kita harus menghitung Kualitas Pendidikan itu harus sesuai dengan biaya yang dijalankan oleh orang tua. Ini hanya sebuah tuntutan dalam menjalankan suatu kewajiban.

Baca juga :  Etika Politik Dalam Keyakinan Budha Mahayana

Pendidikan dari dalam

 Lagi, yang bisa saya tawarkan disini adalah soal etika Pendidikan dari dalam.  Etika Pendidikan merupakan suatu proses dimana manusia memilih suatu cara yang baik dalam diri (etika). Ilmu pengetahuan jika dibarengi etika akan menciptakan suatu kualitas Pendidikan yang memadai. Untuk itu dari keluarga kita pertama-tama menempatkan Pendidikan etika itu dimulai, sebab Pendidikan selalu terarah dan menuju ke masa depan. Kemungkinan besar yang akan terjadi adalah masa depan itu tidak menjadi sebuah teka-teki. Tetapi sekali lagi haruslah selalu berlandas bukan hanya pada sebuah rasio yang mampu memahami tetapi lebih pada hubungan sosial atau kerja sama. Seperti yang dikatakan oleh Imanuel kant bahwa etika harus berlandaskan pada rasio saja tampaknya merupakan penyerderhanaan yang berlebihan, karena rasio, seperti ditegaskan kant di lain tempat, terbatas dalam kapasitasnya untuk mengungkapkan dan memahami esensi dan dunia nounmenal (Makusdin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, 2013)

Pendidikan dan keluarga sebagai jembatan etika-moral

Berdasarkan hal di atas kita bisa melihat bahwa Pendidikan itu merupakan suatu etika moral yang mampu membawa orang terdapat dalam penamaan dan pengembangan suatu institusi Pendidikan dasar (keluarga).  Dengan demikian bukti yang kuat bahwa hakekat dari Pendidikan sebenarnya adalah karakter atau etika itu sendiri, dimulai dari dalam keluarga. Semua perihal ini diarahkan pada masa depan yakni dengan terciptanya sebuah perilaku lahir dan batin yang pantas. Dengan kata lain, kita bisa mengatakan bahwa nilai prioritas dari Pendidikan adalah pembentukan sebuah karakter ”agar tercipta” bukan untuk menjadi tempat pemasaran tetapi manusia yang memiliki sebuah martabat berbudaya luhur. Aristoteles mengungkapkan bahwa orang yang buruk bisa berubah menjadi baik melalui Pendidikan. Dengan pemikiran seperti ini kita pun paham bahwa Pendidikan etika itu harus dimulai dalam keluarga.

Baca juga :  Antara Marvel dan DC | Refleksi Iman dari Dunia Perfilman

 Oleh karena itu, pembenaran yang sebenarnya adalah bagaimana kita mulai dari sekarang mampu menciptakan manusia yang berkarakter yang mampu membawa suatu martabat yang luhur. Ini berguna untuk suatu permasalahan dalam tatanan relasi bersama. Bukan hanya sebagai sebuah pemasaran atau persoalan tentang para pelaksana Pendidikan, tetapi dari mana posisi kita untuk menanggapi suatu persoalan itu.

Daftar Pustaka

Morin, Edgar. Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 2005

Maksudin, A. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2013

Yunarti, Yuyun. PENDIDIKAN KEARAH PEMBENTUKAN KARAKTER, https://core.ac.uk/download/pdf/235260304.pdf