Bersama Bertualang Ke Gunung Kemuliaan Allah

Sumber gambar: Dorling Kindersley / Getty Images

Minggu Prapaskah II, 13 Maret 2022

Bacaan I: Kej. 15:5-12.17-18

Bacaan II: Fil. 3:17-4:1

Bacaan Injil: Lukas:9:28b-36

Pena claret.com– Sahabat pena Claret yang terkasih, ketiga narasi suci yang disodorkan Gereja sebagai partner petualangan kemuridan kita di hari Minggu Prapaskah II ini sungguh menarik.  Namun, ada sesuatu yang istimewa pada episode Pena Claret kali ini. Bersama ketiga murid terdekat Yesus, kita diajak untuk mendaki gunung kemuliaan Tuhan yang dinarasikan oleh Penginjil Lukas dengan begitu menarik. Dalam peristiwa tersebut, Yesus mengajak ketiga Murid-Nya, yakni Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk berdoa di atas gunung. Di atas gunung tersebut terjadi sebuah peristiwa yang sungguh menakjubkan yakni Yesus yang berubah rupa dan pakaiannya berkilauan atau yang kita kenal dengan peristiwa transfigurasi. Peristiwa transfigurasi tersebut merupakan puncak spiritualitas dari Yesus.

Sahabat pena Claret yang terkasih, mengapa peristiwa transfigurasi Yesus ini terjadi di atas gunung? Mengapa tidak di tempat yang lain? Atau adakah sesuatu yang lebih istimewa di atas gunung itu? Pengalaman di atas gunung adalah pengalaman sukacita dan mengajak kita untuk melihat kemuliaan-Nya serta mengenal diri-Nya yang sesungguhnya. Pengalaman sukacita tersebut, tentunya membuat kita nyaman dan ingin selalu untuk tinggal bersamanya. Hal ini nampak dalam ungkapan Petrus: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia.” Inilah ungkapan spontan dari Petrus yang mengungkapan suasana hatinya  yang penuh dengan sukacita.

Baca juga :  Skenario Langit

Sahabat pena Claret yang budiman, Pengalaman ada bersama Yesus adalah harapan semua orang yang mengimani-Nya. Bersama Dia terdapat sukacita dan kehidupan yang tidak akan hilang serta lenyap ditelan waktu. Namun, dalam pengalaman orang beriman dewasa ini, pengalaman sukacita tersebut terlihat semakin kabur entah karena kecemasan dunia, kesulitan hidup pribadi, tantangan di dunia kerja, dan masalah-masalah lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai manusia lemah, kita sering jatuh dan bahkan menyerah dalam keadaan seperti ini. Kita tidak berjuang untuk keluar dari situasi tersebut dan bahkan berpasrah pada keadaan. Inilah situasi manusia atau situasi “di bawah gunung.” Karena itu, Yesus hari ini mengajak kita untuk keluar dan berani bersama-Nya mendaki atau melampaui zona nyaman kita di kaki gunung.

Baca juga :  Menurut Kamu, Siapakah Aku Ini?

Berpasrah pada nasib terlebih pada kedosaan atau memilih untuk tetap bertahan di kaki gunung bukanlah jalan keluar yang terbaik untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Pengalaman di atas gunung juga mengingatkan kita akan sebuah perjuangan dalam mencapai puncak gunung tersebut. Untuk sampai di atas gunung itu tentu kita membutuhkan tenaga yang maksimal, usaha, tekad, kerja keras, dan tidak mengeluh.  Usaha tersebut pasti akan membuahkan hasil jika kita percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang indah di atas sana. Hal ini terlihat dalam wajah yang ceria, merasakan kemuliaan Allah di atas gunung tersebut. Dalam hal ini, yang perlu kita lakukan adalah mengandalkan Tuhan dalam seluruh perjuangan kita dan bukan mengandalkan kekuatan pribadi. Mengandalkan kekuatan sendiri pasti hanya akan membawa kita pada kebinasaan. Pribadi yang hebat, kuat, tegar, briliant namun tanpa campur tangan Tuhan dalam hidupnya, itu sia-sia belaka. Namun, sebaliknya pribadi yang lemah namun rendah hati mendengarkan suara Tuhan pasti akan dituntun-Nya pada jalan yang baik. Hal ini, terungkap jelas dalam Yoh. 9:34 ”Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”

 Perintah untuk mendengarkan Dia adalah jalan dan cara terbaik untuk memperoleh hidup sejati. Mendengarkan dengan penuh iman dan menjalankan semua hukum-Nya. Apakah kita sudah menjadi pendengar yang baik? Menjadi pendengar yang baik memang bukanlah sekali jadi tetapi membutuhkan sebuah proses. Proses yang lama bukanlah sebuah masalah namun yang terpenting terlahir dari hati yang dalam untuk berani berbalik arah menuju sebuah pertobatan hati.

Baca juga :  Mempersiapkan Rumah yang Nyaman bagi Tuhan | Renungan Harian

 Sahabat pena Claret yang terkasih, tiada pengalaman sukacita dan indah selain ada bersama Dia. Di dalam Dia terdapat sukacita sejati yang akan terus melekat dalam hidup kita. Dalam masa Prapaskah ini, marilah kita untuk terus mencari dan menemukan sukacita itu dan membagikannya kepada semua orang yang kita jumpai dalam keseharian kita. Karena, di atas gunung itu ada sukacita yang selalu menunggumu. Akhirnya, selamat bertualang ke gunung kemuliaan Allah dan jangan lupa untuk kembali ke kaki gunung agar sesama pun boleh mengalami sukacita akan keselamatan yang sama seperti dirimu. Tuhan memberkati.