Berlari kembali kepada Allah

Sumber gambar: hilustrasi.blogspot.com

Hari Minggu pekan ke IV Prapaska, 27 Maret 2022

bacaan Pertama: Yosua: 5: 9a,10-12

Bacaan kedua: 2 Korintus 5:17-21

Bacaan Injil: Lukas: 15:1-3,11-32

Pena Claret- Dalam hidup manusia selalu berhadapan dengan situasi yang membuatnya terus bertanya. Situasi yang tidak dimengerti oleh manusia seringkali muncul sebagai akibat dari pertanyaan-pertanyaan itu. Salah satu pertanyaan yang terbersit di kalangan masyarakat ialah mengapa dia harus seperti itu? Manusia tidak dapat mengerti tentang Yesus yang mau duduk dan makan bersama-sama dengan orang berdosa. Bahkan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut ketika melihat Yesus duduk makan bersama orang berdosa (bdk. Luk. 15:2).

Pada zaman Yesus banyak orang mengikuti Dia dan dalam mengikuti Yesus ini ternyata ada dua aliran. Dua aliran itu berjalan sebagai satu kelompok dalam mengikuti Yesus, yaitu mereka yang sungguh-sungguh mau mengikuti Yesus sebagai muridNya dan mereka yang mengikuti Yesus hanya untuk menjatuhkan atau mencari kesalahanNya agar bisa ditangkap. Ketika mereka melihat bahwa Yesus duduk makan bersama orang berdosa, mereka mulai mencemoohNya. Namun Yesus dengan tenang membentangkan suatu perumpamaan kepada mereka. Perumpamaan ini bertujuan agar mereka bisa sadar dan mengerti tentang tujuan Dia datang ke dunia.

Baca juga :  Aku Ingin Sembuh || Sabda Harian

Yesus mulai mengisahkan perumpamaan tentang anak yang hilang. Dia mau membuka mata dan telinga orang-orang yang ada disekitar-Nya bahwa Allah itu maha pengasih. Kasih Allah melampaui kasih yang ada pada manusia. Bahkan Kasih itu membuat manusia tidak mampu mengerti. Kisah tentang anak yang hilang menjadi contoh bagi kehidupan manusia dan pernyataan diri Allah dalam dunia. Seorang anak yang telah berfoya-foya dan menghabiskan dengan harta bapanya diterima kembali dengan pesta yang sangat meriah. Pakaian terbaik dan cincin serta sepatu dikenakan padanya (bdk. Luk.15:22). Hal ini menunjukkan bahwa kasih Allah kepada manusia tak memperhitungkan kesalahannya. Seberdosa apapun manusia, Allah tetap mengasihinya. Bahkan kasih Allah itu begitu besar hingga Ia mengutus PutraNya untuk datang dan menyelamatkan manusia. Namun manusia tetap saja belum sadar dan mengerti akan kehadiran Yesus Kristus sebagai penyelamat dunia.

Baca juga :  Popularitas | Renungan Harian

Kita sebagai manusia masih terlena dan terlelap dalam lumpur dosa. Kita seperti anak sulung dalam perumpamaan Yesus dan seperti orang-orang Farisi. Kita tidak ingin orang berdosa bertobat dan dikasihi Allah melainkan kita memaksa Allah untuk menjauhi para pendosa. Kita selalu merasa diri benar dan suci sehingga tidak ada tempat bagi para pendosa untuk dekat dengan kita. Apalagi makan bersama kita dalam satu perjamuan. Justru pada saat itulah kita jatuh dalam dosa, mengapa? Karena kita menutup diri terhadap rahmat Allah dan memaksakan keinginan pribadi pada Allah. Ketika Allah tidak mengikuti keinginan kita maka muncul kebencian terhadap Allah. Kita mulai memusuhi Allah dengan melakukan kejahatan terhadap sesama dan alam ciptaan. Kita merasa diri selalu benar dan orang lain selalu salah karena tidak mengikuti keinginan kita. Kebencian, iri hati, persekongkolan dan kesombongan mulai merasuki hati kita. Kita lupa menyadari bahwa kita telah berdosa terhadap Allah.

Baca juga :  Paulus Memihak Orang Yahudi

Semoga kita sebagai anak-anak Allah mampu menyadari akan dosa kita dan kembali kepada Allah. Jalan kembali kepada Allah telah dibuka oleh Yesus Kristus sebagai penebus dosa kita. Dalam Kristus yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang (bdk. 2Kor. 5:17). Mari kita menyesali segala dosa kita dan berlari kembali kepada pelukan Allah, karena Ia sedang menunggu setiap hari di depan pintu. Jadilah pribadi yang rendah hati untuk kembali kepada Allah dan menerima sesama sebagai saudara dalam hidup. Tuhan senantiasa memberkati kita semua.