Anak Kecil, ‘Pukulan Telak’ Bagi Para Murid

Picture by: Wallpaperflare

Jumat Pekan Biasa XXVI

Pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus

Bacaan Injil: Mat 18:1-5

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih. Narasi Injil hari ini mengisahkan para murid Yesus mempertanyakan siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Jika kita memfokuskan diri pada pertanyaan tersebut, rasa-rasanya para murid belum tulus mengikuti Yesus. Ada sebuah orientasi terselubung yang tidak secara gamblang diungkapkan. Akan tetapi, tidak sulit bagi Yesus untuk mendeteksi orientasi mereka. Ia mengetahui bahwa para murid “sedang haus kekuasaan”. Mereka ingin dipandang, dihormati dan disanjung-sanjung.

Menanggapi pertanyaan para murid, Yesus memberikan sebuah antitesis sederhana. Ia menjadikan anak kecil untuk membuka pola pikir para murid. Untuk masuk dalam Kerajaan Surga, mereka harus bertobat dan merendahkan diri seperti anak kecil. Bersih, tulus dan tidak mempunyai maksud terselubung dalam mengikuti Tuhan. Tentu ini sebuah ‘pukulan telak’, para murid harus belajar dari anak kecil. Mengapa harus anak kecil? Bukankah anak kecil dalam masyarakat pada saat itu posisinya tidak diperhitungkan?

Baca juga :  Apakah Kamu Tanah Yang Baik?

Para Sahabat Pena Claret yang terkasih. Kita mengerti bahwa pengajaran Yesus sangat unik.  Yesus sering menggunakan ajaran-ajaran yang bersifat paradoks, melawan ajaran umum, tetapi memiliki bobot kebaikan dan kebenaran yang sangat tinggi. Berkaitan dengan antitesis anak kecil, Yesus sebenarnya hanya ingin menegaskan tentang sebuah ketulusan. Belajar dari anak kecil, sebab ketulusan adalah milik dan ada dalam pribadi anak kecil. Mereka polos dan tidak menghitung untung rugi, tidak ada kalkulasi ekonomi dalam kepengikutan mereka.

Perkataan Yesus menjadi sebuah ‘pukulan telak’ bagi para murid. Menjadikan anak kecil sebagai contoh, membuat para murid secara tidak langsung ditegur “habis-habisan”.  Istilah gaul saat ini yang mungkin menggambarkan situasi tersebut adalah para murid “kena mental”. Dengan ‘pukulan telak’ ini, Yesus hanya ingin agar mereka mempunyai ketulusan dari dalam diri. Tidak ada gunanya memperdebatkan siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Cukuplah mereka mempunyai spiritualitas anak kecil, Kerajaan Allah pun akan dicapai.

Baca juga :  Telinga dan Matamu adalah Sarana Tuhan

Sahabat Pena Claret yang dikasihi Tuhan, hari ini juga Gereja sejagat merayakan pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Ia Lahir di Prancis pada 2 Januari 1873 dan wafat 30 September 1897. Dikanonisasi sebagai orang kudus pada 1925 oleh Paus Pius XI.  Narasi hidupnya sangatlah singkat; Ia meninggal pada usia dua puluh empat tahun. Dalam usia yang begitu singkat, ia berhasil menunjukkan hidup iman yang sangat unik. Membaktikan seluruh hidupnya untuk Yesus.  Ia pernah berdoa bagi seorang penjahat yang berkali-kali membunuh orang. Berkat doanya, penjahat itu bertobat. Teresia juga pernah menulis dalam catatan pribadinya bahwa setiap orang, apa pun latar belakangnya, bisa mencapai kesucian. Caranya adalah melakukan semua pekerjaan sehari-hari dengan tulus dan cinta kasih kepada Tuhan.

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Bacaan Injil dan pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus mengundang kita merenungkan arti ketulusan. Kita diundang untuk menjadi pribadi yang tulus di dalam pekerjaan kita masing-masing. Kita diundang untuk tidak memanfaatkan agama sebagai pintu masuk mencari popularitas diri. Agama hendaknya menjadi sarana untuk memahami realitas di sekitar kita. Bila ada orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan, kita hendaknya menjadi agen penolong yang tulus. Dengan demikian, hidup spiritual kita pun semakin matang. Bukan tidak mungkin, semua tindakan baik itu akan menjadi tiket bagi kita untuk masuk surga. Pada akhirnya, kita menyimpulkan bahwa bukan karena terpandang, bukan karena pintar, bukan karena kaya, seseorang bisa masuk surga melainkan karena tulus dalam berbuat baik. Semoga Santa Teresia selalu mendoakan kita. Selamat memasuki bulan Oktober, bulan Rosario. Tuhan memberkati.