Tuhan Selalu Peduli dengan Hidup Kita

Picture by Jawaban.com

Falen Nderi, CMF*

Rabu Pekan Biasa XVI

Bac I: Kel 16: 1-5.9-15, Injil: Mat 3:1-9

Sahabat Pena Claret yang dicintai Tuhan Yesus, kedua bacaan hari ini sangat menarik untuk kita renungkan bersama.

Bacaan pertama menampilkan kepada kita sosok Allah yang peduli dengan kehidupan bangsa Israel. Ketika bangsa Israel berada di padang gurun Sin mereka bersungut-sungut kepada Musa dan Harun karena mereka tidak memiliki makanan atau sesuatu untuk dimakan. Bangsa Israel berkata “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan. (Kel 16:3)”

Bangsa Israel menuntut Musa dan Harun untuk bertanggungjawab terhadap situasi ketiadaan makanan yang mereka alami. Mereka menggemakan perbandingan kelimpahan makanan di Mesir dan kekurangan makanan dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Situasi ketiadaan makanan membuat mereka sekali lagi melontarkan tuduhan bahwa Musa dan Harun menghendaki agar mereka mati di padang gurun (bdk. Kel 12:14). Mereka seolah lupa bahwa Tuhanlah yang berkehendak agar mereka keluar dari Mesir.

Baca juga :  Tuhan itu Samar Karena Kita yang Kurang Sadar

Tuhan mendengar sungut-sungut bangsa Israel dan Ia bersabda kepada Musa bahwa Ia akan menurunkan hujan roti dari langit. Bangsa Israel akan keluar dan memungut setiap hari sebanyak yang mereka perlu. Allah hendak menguji apakah dengan kelimpahan makanan mereka akan hidup menurut hukum Allah atau tidak. Pada waktu senja mereka akan makan daging dan pada waktu pagi mereka akan makan roti sampai kenyang. Tuhan hendak menegaskan kepada bangsa Israel bahwa Dialah Tuhan Allah mereka. Dia yang membawa mereka keluar dari Mesir dan Dia akan menyertai mereka.

Bangsa Israel bersungut-sungut dan seolah meragukan penyertaan Tuhan. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada mereka dengan mengadakan makanan di tempat yang mereka anggap tidak mungkin ada makanan. Tuhan telah menyelamatkan mereka dari pengejaran tantara Firaun dan kini mereka masih meragukan kuasa Tuhan atas hidup mereka.

Baca juga :  Jangan Gegabah, Nikmati Saja!

Sahabat Pena Claret yang terkasih.

Kita beralih ke bacaan Injil. Penginjil Matius mengisahkan kepada kita bahwa Yesus mengajarkan kepada orang banyak yang berdiri di tepi pantai dengan perumpamaan. Hari ini kita merenungkan bersama perumpamaan tentang seorang penabur. Kita menemukan ada empat jenis tanah yang ditaburkan benih oleh si penabur. Pertama, benih jatuh di pinggir jalan yang kemudian datang burung-burung dan memakannya. Kedua, benih jatuh di tanah yang berbatu dan karena tidak banyak tanah ia menjadi layu dan kering sesudah matahari terbit. Ketiga, benih jatuh di semak duri dan semak itu menghimpitnya sampai mati. Dan keempat, benih jatuh di tanah yang baik lalu berbuah, ada yang seratus ganda, ada yang enam puluh ganda, dan ada yang tiga puluh ganda.

Baca juga :  Iman dan Pengharapan

Perumpamaaan ini mengajak kita untuk merenungkan sikap kita dalam menanggapi tawaran keselamatan dari Tuhan. Tuhan selalu peduli terhadap kehidupan kita. Ia selalu menawarkan benih keselamatan kepada semua manusia agar kita selalu bersatu dengan Dia. Dalam hidup harian ada banyak rahmat yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Apakah kita selalu menyadari kebaikan Tuhan? Tuhan peduli dengan kehidupan kita dan Ia terus mengundang kita. Kita juga perlu bertanya ke dalam diri, “jenis tanah” manakah yang kita miliki? Jenis tanah inilah yang akan menggambarkan tanggapan kita kepada Allah yang peduli dengan keselamatan kita. Tuhan senantiasa mengundang kita untuk tinggal bersama Dia. Bagaimanakah tanggapan kita?

*Penulis adalah Misionaris Claretian. Mahasiswa Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.