Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan sejati
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.Com-Kebahagiaan Sejati

Hari Rabu Pekan Biasa Ke-XXIII, 7 September 2022

Bacaan I: 1 Kor. 7:25-31

Bacaan Injil: Luk. 6:20-26

Saudara saudara budiman yang terkasih dalam Kristus. Bacaan Injil hari ini, berbicara tentang dua hal penting yakni: Sabda Bahagia dan Peringatan. Muara dari keduanya ini adalah kebahagiaan sejati. Namun, apa definisi kebahagiaan menurut Anda? Bahagia biasanya identik dengan orang-orang kaya, makmur, sukses, sehat, atau panjang umur. Tetapi, mengapa Yesus justru mengatakan hal yang sebaliknya. Bahwa orang-orang miskin, lapar, menangis, dibenci, dan dikucilkan adalah mereka yang berbahagia. Sementara itu, orang-orang celaka adalah mereka yang saat ini kaya, kenyang, tertawa. Apakah itu berarti Yesus melarang dan tidak memperbolehkan orang untuk hidup dalam kelimpahan? Ataukah itu semua merupakan dosa?

Baca juga :  Ternyata Lirikan Maut Juga Berzina!

Kebahagiaan Sejati: Selalu Mengandalkan Tuhan

Yesus bukannya menolak kekayaan atau melarang orang untuk hidup dalam kelimpahan. Tetapi, Yesus mau mengkritisi kebodohan orang-orang kaya. Orang-orang kaya sering beranggapan bahwa segala sesuatu bisa mereka dapatkan atau beli. Pendek kata, kekayaan bisa membuat seseorang menjadi lupa diri bahkan melupakan Tuhan yang adalah pencipta segala sesuatu, akhirnya mereka menganggap diri sanggup dan bisa melakukan segala sesuatu karena kekayaannya.  Atau menganggap orang lain bisa tunduk pada dia karena kekayaannya.

 Orang-orang kaya pun lupa bahwa segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit ini adalah kefanaan belaka. Termasuk harta benda atau kekayaan. Itulah sebabnya Yesus menyatakan, bahwa orang yang berbahagia adalah yang miskin, lapar. Terus Mengapa demikian? Ya, Karena orang-orang seperti itulah yang mampu hidup dalam kerendahan hati dan kesadaran diri di hadapan Allah. Mereka yang miskin dan menderitalah yang cenderung mengandalkan Tuhan dan haus akan penghiburan, pembelaan, kekuatan dan kecukupan yang dari Tuhan.

Baca juga :  Melawan atau Lari

Saudara-saudaraku yang terkasih, Sabda Tuhan ini bukan menuntut kita untuk hidup menderita dan menghindari kekayaan atau kebahagiaan. Tetapi ini justru kita semua sedang diarahkan atau digerakkan oleh Sabda Allah untuk sampai pada pemahaman tentang kebahagiaan yang sejati dan dituntun untuk mampu menikmati kebahagiaan itu.  Kebahagiaan yang sejati adalah adanya kesadaran dari manusia bahwa Tuhan adalah Sumber kebahagiaan hidup dan sumber segala sesuatu. Akhirnya, marilah kita menjadikan kekayaan yang kita miliki sebagai alat untuk melayani orang lain dan juga selalu bersikap rendah hati dan haus akan Allah. Sehingga  Allah senantiasa dmuliakan, dicintai dan dilayani oleh banyak orang, dan kita juga dapat kebahagiaan dan sukacita dalam hidup kita di dunia ini maupun di akhirat nanti. Semoga Tuhan membantu kita.