Selasa, 01 Maret 2021, Pekan Biasa VIII
Bacaan I : 1 Ptr. 1:10-16
Bacaan Injil : Mrk. 10:28-31
Penaclaret.com – Sahabat pena Claret yang terkasih dalam Yesus Kristus, menjadi pengikut Yesus bukan tanpa konsekuensi. Kita dipanggil menjadi sahabat Yesus yang rela meninggalkan segala seuatu demi Yesus. Itulah yang dinamakan konsekuensi kemuridan. Menjadi pengikut Yesus, kita akan dihadapkan dengan berbagai realitas kehidupan yang berwarna. Terkadang, kita mendapat sukacita atas kasih-Nya melalui orang-orang baik di sekitar kita. Kemuridan kita juga akan muncul pada saat kita mampu untuk terus bertahan dalam cobaan. Bertahan dalam cobaan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang betul-betul percaya kepada-Nya. Dan kitalah orang-orang tersebut yang selalu percaya akan kasih Tuhan, yang tidak hanya terbatas pada saat ada kebahagiaan, melainkan juga saat kita merasa tidak berdaya. Di sinilah letak dari motivasi dan konsekuensi kemuridan yang jernih.
Sahabat pena Claret yang terkasih, dalam bacaan Injil pada hari ini, Petrus digambarkan sebagai seorang murid yang apa adanya. “Kami telah meningalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau”, adalah ungkapan isi hati seorang Petrus tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Lantas, apa yang dikatakan Yesus? Yesus memberinya sebuah jaminan keselamatan. Yang lebih mengembirakan lagi, jaminan tersebut berlaku juga untuk kita, murid-murid-Nya.
Sahabat pena Claret yang terkasih, balas budi Yesus adalah seratus kali lipat. Tentu saja ini angka yang fantastis dalam perhitungan ekonomis. Akan tetapi, bukan itu yang menjadi tujuan utama dari janji-Nya. Yang paling dirindukan adalah bersatu dengan diri-Nya sendiri dalam kehidupan yang kekal. Itulah balas budi Yesus terhadap orang yang percaya kepada-Nya. Tentu saja, segala bentuk pujian kita terhadap Yesus tidak akan menambah atau mengurangi kemuliaan-Nya. Akan tetapi, pujian tersebut berguna bagi keselamatan kita, yaitu kehidupan kekal. Oleh sebab itu, tetaplah menjadi murid Kristus, upah kita telah disiapkan-Nya. Tuhan memberkati.
Tom Aquinas, pencinta kopi dan penikmat filsafat Stoa. Sedang belajar di Fakultas Filsafat, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta