Hari Rabu Pekan Biasa Ke-XXXII, 15 November 2023
Bacaan I: Keb. 6:1-11
Bacaan Injil: Luk. 17:11-19
Claretpath.com-Pernahkan anda mengalami persoalan dalam hidup? Saya memastikan bahwa jawabannya adalah “YA”. Semua manusia pasti pernah menghadapi berbagai situasi hidup yang kurang mengenakan, misalnya sakit, gagal dalam usaha, dan lain sebagainya. Setiap orang mengalami situasi tersebut dengan porsi yang berbeda dan beda pula cara mengatasinya. Sebagai orang beriman anda dan saya pasti sangat mengharapkan campur tangan Allah dalam menyelesaikan persoalan itu. Hanya orang beriman yang berlaku demikian.
Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan kesepuluh orang kusta yang datang kepada Yesus. Mereka tinggal dalam situasi yang tidak “enak” dalam hidup-penyakit kusta bagian dari hidup mereka. Mereka merasa terasing dari masyarakat umum. Orang-orang yang terdampak penyakit kusta harus dipisahkan dari kehidupan masyarakat umum sebab penyakit itu dapat menular. Sadar atau tidak bagi penderita penyakit ini pasti memiliki tekanan psikis atau fisik, entah datang dari dalam diri maupun dari luar. Namun yang pasti bahwa mereka ingin “bebas atau keluar” dari kenyataan itu. Kehadiran Yesus adalah kesempatan bagi mereka untuk bisa memulihkan situasi hidup yang dialami. Dari kisah tersebut ada dua poin reflektif yang dapat kita renungkan bersama yakni,
Pertama; terbuka atas kekurangan dalam diri
Kita patut belajar dari kesepuluh orang kusta tersebut. Mereka menyadari kelemahanan yang dimiliki. Hal ini dapat dipahami dari ungkapan mereka kepada Yesus; “Yesus, Guru, Kasihanilah kami” (Luk. 17:13). Mereka mengakui keterbatasan diri mereka. Mereka mencari penolong yang dapat “membongkar” atau memutuskan tali belenggu dalam hidup mereka, dalam hal ini penyakit yang sedang mereka hadapi. Di sini kita belajar untuk membuka diri dengan yang lain. Tidak perlu malu dengan keadaan. Terbuka diri dengan yang lain atau menyadari kekurangan dalam diri dapat membantu orang lain masuk dalam realita hidup kita. Orang lain pun tidak segan untuk membantu kita. Andaikata kesepuluh orang kusta itu diam saja, yang pasti bahwa mereka akan tetap tinggal dalam penderitaan. Rahmat atau solusi hidup hanya akan terjadi bila ada ruang untuk tebuka dengan sesama dan pada kehendak Allah. Tindakan terbuka ini adalah sisi positif yang ditunjukan oleh kesepuluh orang kusta tersebut.
Kedua; selalu bersyukur
Setiap kita pasti merasa senang atau bahagia ketika sembuh dari penyakit atau mendapat jalan keluar dari situasi sulit dalam hidup. Kita patut belajar dari kesepuluh orang kusta yang sudah terbuka dengan keadaan mereka. Namun satu hal yang sangat menyedihkan dan tidak terpuji adalah mereka lupa bersyukur kepada Tuhan atas rahmat yang diperoleh. Hanya satu orang yang kembali bersyukur sedangkan kesembilan orang lainnya tidak kembali kepada Allah. Bagi saya ini adalah sebuah bentuk “kejahatan” sopan santun. Mengapa? Allah telah berbuat baik kepada kita namun kita lupa bersyukur. Ketika kita mengalami situasi sulit dalam hidup, sadar atau tidak kita kerap kali memaksa Tuhan untuk melakukan sesuatu. Ketika Tuhan sudah mengabulkannya kita malah pergi begitu saja. IA telah menjawab setiap jeritan minta tolong kita melalui doa-doa kita, tetapi kita tidak bersikap santun kepada-Nya. Kita lupa. Sementara, lupa berterima kasih itulah yang merupakan “kejahatan” sopan santun.
Bersyukur adalah bagian dari tanggapan kita atas rahmat itu. Memang Allah tidak menuntut kita untuk melakukannya, tetapi paling tidak kita punya kesadaran untuk bersyukur. Jangan hanya meminta namun tidak kenal sopan santun. Bersyukur tentu tidak dengan kata-kata saja tetapi mesti diaplikasikan dalam setiap perbuatan baik kepada yang lain.
Undangan bagi kita hari ini adalah pertama; berani terbuka diri atas keadaan kita dengan yang lain kepada Tuhan. Biarkan Tuhan dan orang lain masuk dalam realita hidup kita. Yakin bahwa dengan demikian Tuhan dan orang lain akan dapat membantu dan mengisi kelemahan atau kekurangan kita. Kedua; selalu bersyukur atas setiap momen dalam hidup. Jangan hanya datang kepada Allah dengan memikul keluh-kesah namun setelahnya pergi tanpa ucapan terima kasih. Syukur adalah tanggapan kita atas kebaikan Allah. Dengan bersyukur kita tidak kehilangan rahmat namun justru selalu kelimpahan rahmat. Akhirnya, semoga kita selalu bersyukur atas setiap pengalaman hidup kita. Amin.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.