ClaretPath.com – Suara Kebebasan Rasul Matias
Selasa, 14 Mei 2024, Pesta Rasul Matias
Bacaan Pertama: Kis 1:15-17.20-26
Bacaan Injil: Yoh 15:9-17
Pria yang mencintai kebebasan
Kota menjadi temaram. Cahaya bokeh menghiasi jalan yang sedari tadi diguyur hujan. Namun, pria itu belum juga beranjak dari kursi di cafe itu. Sesekali ia menunduk memikirkan kisah cintanya yang sedang di ujung persimpangan jalan. Pikirannya, mungkin hubungannya tidak bisa diselamatkan lagi. Wanita yang sudah menemaninya hampir dua tahun minggu kemarin minta undur diri. Tapi bukan itu yang paling sakit. Orang yang selama ini dia anggap belahan jiwanya itu tidak betah dengan dirinya yang super sibuk. Hanya sesepele itu alasannya!
Meskipun demikian seorang pria selalu menyembunyikan gengsinya. “Okay … tak apalah. This is a democracy. Everyone has freedom.“ Itulah pesan kecil yang ia tinggalkan, sebelum menceburkan Iphonenya ke dalam genangan air hujan di aspal itu. Sebuah mobil Jeep yang melaju beberapa detik berselang kemudian meratakan benda itu dengan aspal. Goodbye!
***
Nadim Ahimza yang berkisah kebebasan
Barangkali banyak yang tau lirik lagu Nadin Ahimza. Judulnya “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti.” “Yang, yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia akan jadi makna, Yang terus berulang suatu saat henti, Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi. Yang patah tumbuh, yang hilang berganti,” demikian liriknya. Tidak ada yang abadi. Apalagi di dalam diri manusia ada sebuah kekuatan yang namanya kebebasan – freedom. Sebuah kata yang terselip di dalam pesan terakhir pria di cafe itu – freedom. Semua boleh pergi dan datang semaunya. Ohh iya, Hanna Arendt pernah bilang, ada kematian di sana sini, tetapi ada juga kelahiran baru. Dan saat itulah kebebasan merekah di atas dunia.
Suara kebebasan Rasul Matias
Hari ini Gereja merayakan pesta St. Matias Rasul. Ia adalah pengganti Yudas Iskariot. Matias ini datang karena Yudas pergi. Yudas pergi karena kebebasannya – kebebasannya untuk mengkhianati dan menjual Yesus. Demikian juga Matias. Ia datang ke dalam bilangan (12) dua belas rasul karena kebebasannya. Ia sudah lama mengikuti Yesus sejak awal baptisan Yohanes hingga kebangkitan. Dan itu karena kebebasan bukan keterpaksaan. Untuk apa mengikuti Yesus yang akhirnya mati lemas di kayu salib, kalau bukan karena kebebasan. Apalagi konon salib merupakan tempat menggantung para penjahat.
Pesan Matias untuk kita
Pesan untuk para pengikut Yesus hari ini sangat sederhana. Bekerja di kebun anggur Tuhan bukan seperti orang-orang upahan. Tidak ada keterpaksaan. Menjadi murid Tuhan adalah menjadi orang bebas. Kalau hari ini masih ada yang terpaksa mengikut Yesus, maka Rasul Matias mengajak kita untuk bertanya diri. Selamat bermenung dan selamat Pesta Rasul Matias.
#_ Suara Kebebasan Rasul Matias
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus