Seni Memahami dalam Hidup Berkomunitas

Seni Memahami dalam Hidup Berkomunitas

ClaretPath.com-Realitas menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang paradoks.  Karena dalam diri manusia mengandung dua dimensi yaitu dimensi individual dan dimensi sosial. Untuk menjembatani kedua dimensi tersebut manusia harus memiliki kemampuan untuk memahami. Kemampuan memahami adalah sebuah bakat dasariah manusia, sebagai sesuatu yang menjaga kelangsungan hidup komunalnya dengan yang lain kata Gadamer. Realitas atas kompleksitasnya manusia yang tidak bisa hidup tanpa orang lain, mendorong manusia untuk memiliki sebuah seni memahami dalam hidup berkomunitas atau bersama.

Apakah seni memahami dalam hidup berkomunitas itu sebuah keharusan? Hidup berkomunitas bukan berarti semuanya sama tetapi  banyak perbedaan, mulai dari warna kulit, status, budaya, bahasa, karakter dll. Roky Gerung, pernah mengatakan bahwa lawan dari intolerasi adalah pluralisme. Pluralisme dimulai dari penerimaan akan nilai dan pikiran yang berbeda. Penerimaan akan perbedaan hanya bisa dimulai dalam kecerdasan dan keterbukaan pikiran. Di dalam pikiran yang cerdas, terdapat toleransi dan pluralisme sejati. Dengan demikian memahami akan menjadi nyata ketika adanya sikap keterbukaan terhadap pikiran baru dari orang lain.

Baca juga :  Ekologi Hati ala Paus Fransiskus

Bapak Hermeneutika modern, Schleirmacher pernah berkata dalam kemajemukan dibutuhkan seni memahami. Memahami akan menjadi seni ketika kita berlaku seperti seorang seniman yang melihat suatu objek (kayu) secara kreatif dan inovatif. Demikian untuk sampai pada memahami kita membutuhkan kecakapan dan kebijaksanaan agar pemahaman kita tidak menjadi gagal. Maka dari itu, seni mamahami dalam hidup berkomunitas sangat dibutuhkan. sebab, muara atas semuanya itu adalah kebaikan bersama.

Baca juga :  Cambuk Baudrillard Bagi Masyarakat Konsumeris

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa keberadaan manusia tidak terlepas dari keberaadaan orang lain, sebagaimana yang di katakan oleh Heidegger bahwa kodrat manusia sebagai pribadi adalah “mengada bersama dengan pribadi-pribadi yang lain” (being with other-persons). Oleh karena itu untuk menciptakan keharmonisan dalam kebersamaan tersebut dibutukan seni memahami. Dengan adanya sikap saling memahami dalam hidup berkomuntas niscaya kedamaian akan tercipta dalam kebersamaan tersebut.

Baca juga :  Melihat Masa Lalu NTT Perspektif Etnomusikologi

Sumber bacaan:

Paradoks poltik karya Peter Tan, SVD

Filsafat Manusia karya Kasdin Sihotang