Sabtu, 09 April 2022, Pekan Prapaskah V
Bacaan I : Yeh. 37:21-28
Bacaan Injil : Yoh. 11:45-56
Penaclaret.com – Setiap hal selalu dibentuk dari berbagai unsur sehingga membentuk suatu kesatuan. Kita dapat menemukan dan mengamati semuanya. Misalkan, tubuh manusia terbentuk dari berbagai hal seperti sel darah, tulang, kulit dan lain sebagainya yang tentunya berada dalam satu kesatuan yang kita sebut sebagai tubuh. Kesatuan tersebut tidak terpisahkan. Kita juga dapat mengamati kesatuan unsur-unsur dalam benda alamiah lainnya. Nihil keterpecahan adalah pengandaian mutlak dari sebuah kesatuan. Bacaan Injil pada hari ini menyinggung hal yang sama, yakni kesatuan.
Bacaan Injil hari ini menyodorkan satu polemik yang kompleks. Pewartaan Yesus menghadirkan satu kesatuan iman di antara orang-orang yang percaya. Akan tetapi, kesatuan tersebut, dalam artian tertentu, mengusik stabilitas dalam kehidupan orang Israel. Kekhawatiran akan guncangan stabilitas tersebut menjadi pokok masalah yang dibicarakan dalam Mahkamah Agama. Imam-imam kepala dan orang Farisi mengkhawatirkan keruntuhan Israel sebagai konsekuensi dari masifnya lonjakan orang-orang yang percaya kepada Yesus. Hal tersebut wajar lantaran adanya sejarah pembangkangan orang Israel terhadap Roma. Para imam kepala dan orang Farisi, sebagai orang
Israel, tidak menghendaki adanya hal buruk yang menimpa bangsa mereka. Kekhawatiran mereka lebih merujuk pada konsekuensi politis, padahal pewartaan Yesus nyatanya terlepas dari hal tersebut. Para imam kepala dan orang Farisi terjerembab dalam kubangan salah kaprah atas pewartaan Yesus.
Kesatuan dapat menjadi kunci resistensi dari kerangkeng salah kaprah tersebut. Apabila ada pemahaman dan kesatuan iman dalam diri imam-imam kepala dan orang Farisi terhadap pewartaan Yesus, maka kekhawatiran yang tergambar dalam kisah Injil hari ini tidak akan muncul. Belajar dari hal tersebut, kita pun diundang untuk hidup dalam kesatuan sebagai sesama manusia. Kadangkala salah kaprah eksis dalam pandangan kita terhadap orang lain. Jika demikian, maka hal tersebut mengindikasikan minimnya kesatuan dalam hidup bersama; tidak ada sebuah keselarasan. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa hidup dalam kesatuan bersama orang lain sehingga membentuk suatu unsur yang merepresentasi kesatuan iman kita kepada Kristus. Tuhan memberkati.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas sanata Dharma Yogyakarta.