ClaretPath.com – Saksi kebangkitan: Renungan Harian 30/03/2024
Sabtu, 03 Maret 2023, Hari Raya Sabtu Suci
Bacaan Injil: Mrk. 16:1-7
Sahabat Claretpath.com yang budiman pada hari ini kita memasuki tri hari suci yang terakhir dengan merayakan hari Sabtu Suci atau Sabtu haleluya. Kita merenungkan misteri iman kita, yaitu penderitaan dan kematian dan kisah kebangkitan-Nya. Berbicara mengenai kisah kebangkitan Yesus, kita dapat menemukan narasi yang sangat menarik dari ketiga injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) dan injil yohanes. Namun, ada pula perbedaan antara ketiga injil sinoptik dan injil Yohanes. Misalnya dalam injil sinoptik para pengarang injil menyebutkan bahwa ada beberapa wanita yang pergi ke makam atau kubur Yesus. Sementara dalam injil Yohanes satu wanita saja, yaitu Maria Magdalena.
Bukti Yesus Bangkit
Yohanes mengisahkan bahwa ketika para murid tiba di kubur mereka melihat bahwa batu penutup kubur itu tidak ada pada tempatnya. Dan ketika mereka masuk mereka melihat bahwa kain kafan terletak di tanah. Sedangkan kain puluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu tetapi yang di samping di tempat yang lain dan sudah terguling (Yoh. 20: 6-7). Ini merupakan salah satu bukti bahwa Yesus bangkit.
Kebangkitan dalam Injil Sinoptik
Ketiga injil sinoptik juga berbicara mengenai kisah kebangkitan Yesus dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Akan tetapi yang menjadi fokus perenungan pada hari ini adalah narasi kebangkitan dalam injil Yohanes. Yang mana mengungkapkan peran perempuan dalam kisah kebangkitan yang diwakili oleh Maria Magdalena. Sebelum lebih jauh mendalami mengenai kesaksian Maria Magdalena kita perlu melihat background atau latar belakang bagaimana bangsa secara khusus budaya Yahudi melihat perempuan.
Perempuan dalam Budaya Yahudi
Budaya Yahudi diwarnai oleh budaya patriakal. Dominasi laki-laki sangatlah besar dalam pelbagai aspek kehidupan. Perempuan dilihat sebagai second gender atau second class dalam struktur sosial masyarakat. Penomor-dua-an bagi perempuan dapat dilihat dalam pendidikan bagi anak-anak Yahudi. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk belajar secara formal di “beth-ha-sefer” (beth: rumah, sefer: kitab) untuk belajar taurat. Sementara anak-anak perempuan tidak memiliki kesempatan itu. Praktet tersebut berdampak juga bagi kesaksian (di pengadilan). Kesaksian perempuan tidak punya kekuatan dibandingkan dengan kesaksian laki-laki.
Kesaksian Maria Magdalena
Hal yang sama juga terjadi pada Maria Magdalena. Kesaksian yang ia berikan tentang kebangkitan Yesus diragukan. Tentu karena ia perempuan. Maria Magdalena memberitahukan para murid bahwa ia telah meliha Tuhan (Yoh. 20:18). Maria Magdalena apostola apostolarum, rasul bagi para rasul (Eko Riyadi 2011:445). Yesus memberikan “misi” kepada Maria Magdalena untuk memberitakan kepada para murid bahwa Ia telah bangkit. Hal ini mau menampilkan bahwa tindakan Yesus yang menampakan diri kepada Maria Magdalena bukan kepada para murid lainnya. Yesus menunjukan kesetaraan martabat antara laki-laki dan perempuan dan mematahkan paham bahwa perempuan adalah second class atau gender.
Renungan untuk Kita
Semoga misteri iman yang kita rayakan pada hari ini membantu kita untuk semakin menyerupai Yesus dalam segala hal dan semoga kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut membuat kita bangkit dari hidup lama menuju hidup baru bersama Yesus.
#_ Saksi kebangkitan: Renungan Harian 30/03/2024
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus