Roti Hidup: Penawaran dan Penolakan

Dalam Yesus, Aku Melihat Allah
Picture by Instagram.com

ClaretPath.com Roti Hidup: Penawaran dan Penolakan

Sabtu, 29 April 2023

Bacaan Injil Yohanes 6:60-69

Kita mungkin pernah mendengar, menulis, atau bahkan mengucapkan sepenggal adagium ini, “people come and go”. Ungkapan ini meringkas tentang fakta di dalam hidup kita bahwa perpisahan dengan orang-orang yang kita temui dalam hidup tidak dapat kita hindari. Perpisahan itu prinsipnya sederhana: “Setiap orang mempunyai alasan untuk datang dan bertahan maka ia juga mempunyai alasan untuk pergi”.

Ditinggal pergi oleh orang yang amat  kita cintai memberi efek lebih dalam di hati. Mereka dapat mengubah ekspektasi kita dan membuat kita sadar bahwa kita tidak boleh terlalu percaya pada seseorang. Namun, ditinggal pergi oleh seseorang itu tidak selalu berakibat buruk. Justru memberikan pelajaran terbaik tentang arti kehadiran seseorang dalam hidup kita. Sebagaimana dalam Perikop Injil Yohanes 6:60-69 yang kita renungkan hari ini, ketika banyak orang meninggalkan Yesus karena perkataan-Nya, Yesus semakin tahu siapa yang tidak percaya dan siapa yang benar-benar percaya kepada-Nya.

Makna Tawaran Yesus

Baca juga :  Percakapan dengan Nikodemus

Yesus memaklumkan diri-Nya sebagai Roti Hidup. Ia juga menegaskan bahwa hanya mereka yang memakan daging-Nya dan minum darah-Nya yang dapat menemukan kehidupan kekal. Namun simbolisme fisik ini justru membuat orang yang mendengarnya tidak terima sebab mereka memahaminya secara literer. Bahkan banyak orang justru pergi dan tidak mengikuti-Nya (Yoh 6:66) karena mereka tidak mengerti perkataan Yesus ini.

Penolakan orang-orang yang menanggapi pernyataan Yesus memiliki dua keberatan: (1) Yesus tidak mungkin menjadi roti dari surga karena mereka mengenal orang tua-Nya dan (2) Yesus tidak mungkin dapat memberi mereka makan dengan daging-Nya.

Dengan menawarkan “Daging” dan “Darah-Nya” Yesus hendak menantang motivasi pengikut-Nya, pemahaman mereka tentang Kitab Suci, dan apa artinya percaya kepada Dia sebagai utusan Allah. Klaim dan penawaran Yesus sebagai Roti Hidup dimaksudkan untuk memperluas analogi pengorbanan-Nya di atas Salib. Poin yang Yesus maksudkan memang bersifat spiritual. Artinya, jika seseorang sungguh memiliki iman maka ia dituntut dan secara mutlak menerima Dia sepenuhnya.

Motivasi Kepengikutan

Sahabat Claretpath.com yang terkasih, dari kita bacaan Injil yang kita renungkan hari ini, kita menjadi tahu bahwa ada dua motivasi mengapa orang mengikuti Yesus. Pertama, orang yang mengikuti Yesus karena “tertarik” dan kedua adalah yang orang yang mengikuti Yesus karena “percaya” kepada-Nya. Perbedaan keduanya dapat kita temukan melalui reaksi kedua golongan pengikut itu setelah Yesus menyampaikan pesan-Nya yang kontras dengan preferensi mereka.

Baca juga :  ALLAH ADA DISAMPINGMU

Yesus menyampaikan makna dibalik apa Dia ucapkan tetapi banyak orang meninggalkannya. Itulah ciri kepengikutan Kristus yang dilandasi oleh rasa tertarik dan alasan kepentingan semata. Golongan ini mengikuti Yesus karena memiliki minat yang dangkal dan egois terhadap pelayanan-Nya. Reaksi mereka tidak hanya digambarkan sebagai “pergi atau meninggalkan”, tetapi menyiratkan bahwa mereka menolak sepenuhnya kebenaran rohani-Nya. Sebaliknya sosok

Petrus adalah wakil dari murid yang lain yang mengikuti Yesus karena percaya. Petrus tidak mempersoalkan apa yang Yesus ucapkan dengan alasan sederhana dan lugas: tidak ada sumber kebenaran lain sebab Yesus adalah Kebenaran Sejati dan pada-Nya ada sabda hidup yang kekal (Yoh 6:68-69).

Baca juga :  Bersih dari Dalam

Konsisten seperti Petrus

Sahabat Claretpath.com yang terkasih, memakan Roti berarti menerima Yesus masuk ke dalam dirinya sehingga memberi efek bagi keselamatan jiwa kita. Memegang, melihat, atau menyentuh makanan saja tidaklah cukup. Makanan itu harus dikonsumsi. Hal serupa juga mesti terjadi dengan iman kita sebagai pengikut Kristus. Bahwa beriman kepada Kristus tidak boleh hanya sampai pada taraf pengetahuan saja. Iman akan berbuah penyelamatan apabila kita mau menerima Kristus masuk dan bertakhta di dalam diri-Nya. Yesus menawarkan kita

Selain itu, juga diajak untuk meneladani Petrus yang tidak memilih pergi namun setia dan percaya meski Tuhan “menguji” preferensi, tradisi, atau keyakinan pribadinya. Kita telah mengetahui janji-janji Allah, maka apa pun yang kita alami, asumsi atau harapan kita yang tidak selaras dengan kenyataan semestinya tidak membuat kita berpaling dari-Nya.

Semoga Tuhan membantu kita.