ClaretPath.com – Renungan harian 04 Mei 2024, Pekan Paskah V
Bacaan Pertama: Kis. 16:1-10
Bacaan Injil: Yoh. 15:18-21
Claret dan Penganiayaan Diri
“Pada tahun-tahun awal saya sebagai misionaris, saya sangat dianiaya ke mana saja saya pergi. Dan sesungguhnya hal ini sangat merendahkan diri. Segala macam fitnah buruk tentang saya disebarkan. Orang mengatakan bahwa saya telah mencuri seeokr keledai, dan siapa tahu keomonkosongan mereka ceritakan. Semua yang dibicarakan tentang saya adalah cerita untuk menghina, kebohongan fitnah mana saja. Saya mendapat banyak hal untuk menderita dan untuk mempersembahkan kepada Allah” (auto 352). Sepenggal kisah perjalanan misi dan perjalanan spiritual dari Claret ini menyatakan perkataan Yesus dalam bacaan hari ini. Bahwa menjadi pengikut-Nya berarti akan ada konsekuensinya.
Konsekuensi menjadi murid
Dalam bacaan hari ini, Yesus menerangkan kepada para murid-Nya tentang konsekuensi akan kepengikutan mereka. Dunia akan membenci mereka. Kebencian tehadap para pengikut Yesus akan berujung pada penganiayaan para Rasul dan juga jemaat Kristen perdana. Di mana mereka menerima hukuman sebagai konsekuensi dari pewartaan mereka mengenai Kristus yang telah bangkit. Semangat yang mereka tunjukan merupakan bukti kepercayaan mereka akan Sabda Yesus. “Kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia; maka dunia membenci kamu” (Yoh 15:19).
Kebencian terhadap para pengikut Kristus tidak hanya berhenti dalam diri para Murid. Di Dunia sekarang pun banyak para pengikut Kristus masih mengalami penganiayaan. Kisah Claret di atas merupakan salah satu contoh konsekuensi menjadi murid Kristus. Claret, dalam misinya mendapat banyak cobaan, tetapi kegigihan dan kepercayaannya pada Kristus menjadikannya kuat untuk terus mewartakan Kristus. Sabda Yesus menyata dalam diri Claret. Banyak yang membenci dan menganiayanya. Bahkan mati di pembuangan. Seperti para Murid yang percaya pada Sabda Yesus, Claret juga percaya bahwa dia bukan dari dunia. Allah telah memilih dia dari dunia. Perjalanan misi yang penuh tantangan ia jalankan dengan sukacita. Bahkan ia memeluk pengorbanan-pengorbanan dan merasa senang dan rela di dalam fitnahan-fitnahan (pola misionaris Claretian).
Renungan tentang penganiayaan hari ini
Sahabat Claretpath yang terkasih seiring berkembangannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang kian hari kian mencuat, kita sedang mengalami penganianyaan diri. Kita terkungkung dalam dunia manusia. Di mana banyak orang mulai menarik diri dari kepercayaan mereka akan Kristus yang bangkit. Hal bukan merupakan perkara mudah bagi kita sebagai pengikut Kristus. Ini adalah tantang kita. Menjawabi tantangan di atas, sekirannya ada beberapa pesan yang boleh kita renungkan.
Pertama, sebagai murid Kristus. Kita dipanggil dari dunia bukan untuk melakukan kehendak kita sendiri, tetapi melakukan kehendak-Nya. Kita hendaknya siap untuk menarik kembali dunia kepada jalan Kristus. Hal ini mungkin cukup sulit untuk dilakukan. Akan tetapi kita percaya bahwa Roh Kudus akan selalu menuntun kita. Seperti kisah Paulus dan Silas dalam bacaan pertama hari ini. Kedua, konsekuensi dari pewartaan kita tentang Kristus yang bangkit tidak selalu aman dan mulus. Ilmu pengetahuan mengubah segalanya. Bahwa sesuatu akan valid sebagai kebenaran apabila masuk akal. Sementara itu, peristiwa kebangkitan bukan merupakan peristiwa penemuan ilmu pengetahuan. Kebangkitan adalah peristiwa iman yang tidak bisa kita pahami dengan pikiran. kita kadang-kadang memperoleh sesuatu yang tidak kita inginkan.
Pesan Renungan harian 04 Mei 2024
Oleh karena itu, kita diajak agar kita tetap kuat pada keyakinan kita. Tetap teguh dalam iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Kita hendaknya mempersembahkan kepada Allah setiap penderitaan yang kita alami. Walaupun dunia, melalui perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuannya, membenci kita. Kita tetap percaya bahwa kita akan mendapatkan ganjarannya di surga Kelak. Semoga bacaan hari ini, dan juga kisah Claret di atas membantu kita untuk menerima konsekuensi dari panggilan kita.
#_ Renungan harian 04 Mei 2024
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus