ClaretPath.Com–Puasa: Memperbarui Diri
Hari Jumat Sesudah Rabu Abu, 24 Februari 2023
Bacaan I: Yes. 58:1-9a
Bacaan Injil: Mat. 9:14-15
Saudara-saudari pencinta Claretpath yang terkasih dalam Kristus. Hari ini kedua bacaan suci mengajak kita semua untuk melihat lebih dalam tentang hal berpuasa. Puasa adalah satu hal yang penting bagi sebagian besar agama. Namun, puasa hendaknya tidak kita jalani karena terpaksa, tetapi mestinya kita lakukan secara sungguh-sungguh untuk memelihara keintiman relasi kita dengan Tuhan. Puasa merupakan salah satu kegiatan spiritual, dengan motivasi berpuasa yang jelas kita dapat meningkatkan kualitas spiritual dan semangat dalam melayani Tuhan melalui sesama.
Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya menarasikan bagaimana kehidupan umat pada waktu itu dalam menerapkan hal berpuasa. Meski pun mereka berpuasa dengan merendahkan diri tetapi Allah tidak mengindahkan perbuatan mereka. Mereka berpikir bahwa Allah akan memberikan perhatian yang intens kepada mereka, dan mengakui bahwa Allah berhutang pada mereka atas ibadah-ibadah mereka. Padahal mereka sudah merendahkan diri dan berkabung tetapi Allah masih saja tidak mengindahkan perbuatan mereka (ayat 5). Alasan mendasar apakah yang membuat Allah tidak mengidahkan segala usaha mereka? Alasan utama puasa dan doa-doa mereka tidak berkenan bagi Allah yaitu karena mereka melakukannya atas motivasi yang tidak baik. Semua yang mereka usahakan bukan untuk mendekati Allah melainkan demi kepentingan diri mereka sendiri. Mereka berpuasa tetapi mereka bersikeras terhadap dosa-dosa mereka dan mereka tidak berbalik dari kehidupan lama mereka seperti orang-orang Niniwe.
Puasa: Memperbarui Diri
Sedangkan dalam bacaan Injil, Pengijil Matius juga menarasikan secara gamblang bagi kita semua tentang berpuasa. Ketika kita membaca dan merenungkan bacaan Injil hari ini, kita akan melihat ada sebuah pertanyaan yang cukup provokatif dari murid-murid Yohanes, yakni: “Mengapa kami dan orang farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?” (Mat,9;14). Pertanyaan ini semacam rasa ketidakpuasan dari para murid Yohanes Pembaptis. Tetapi Pertanyaan tersebut langsung mendapat jawaban sempurna dari Yesus sendiri. “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Mat,9;15). Jawaban atas pertanyaan tersebut mau menunujukkan bahwa ada saat di mana para murid Yesus pun akan berpuasa.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, seperti yang saya katakan di atas bahwa puasa bukanlah suatu keterpaksaan melainkan suatu dorongan dari dalam diri kita untuk memperbarui kedekatan kita dengan Tuhan. Untuk itu di masa puasa atau masa padang gurun ini kita sungguh diajak untuk memurnikan diri agar kita pun sungguh-sungguh ber-metanoia atau sub (berbalik dari cara hidup yang menuju kehidupan yang baru). Sebagai umat Allah, puasa penting dilakukan untuk memelihara kualitas kerohanian dan ketaatan kepada Allah. Puasa sebagai bentuk upaya dalam melatih dan meningkatkan kehidupan rohani. Melalui puasa kita diuji untuk menahan diri dari segala macam keinginan nafsu, mawas diri, menahan dari segala emosi dan perilaku buruk, serta diri kita dilatih untuk menampilkan perilaku kerendahan hati kepada Tuhan. Dan semoga masa puasa yang tengah kita jalani kini, semakin memperbarui diri kita agar kita semakin layak di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.