ClaretPath.Com-Potret Manusia
Hari Jumat Pekan Biasa Ke-XXIII, 9 September 2022
- Bacaan I: 1 Kor. 9:16-19, 22b-27
- Bacaan Injil: Luk. 6:39-42
Memotret adalah kegemaran; potret manusia masa kini. Bagi mereka, memotret adalah cara terbaik untuk mengabadikan sebuah momen. Bahkan lebih jauh lagi bahwa, memotret adalah upaya urgen manusia dalam melawan arus ke-lupa-an. Inilah alasan mengapa kini orang berlomba-lomba untuk memotret orang lain maupun diri sendiri demi sebuah memori cantik hasil jepretan kameranya. Gambar atau foto yang cantik, biasanya lahir dari keseimbangan dalam mengatur mode gelap dan terang kamera serta manusia.
“Mengapa engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Luk. 6:41).
Kalimat penginjil di atas menggambarkan potret gelap manusia yang tampak bersemangat memperhatikan dan berupaya mengeluarkan selumbar di mata sesama saudara tanpa memperhatikan balok di matanya sendiri.
Dalam peziarahan hidupnya, manusia tentu tidak terlepas dari orang lain. Manusia dalam kenyataannya memang bisa hidup sendirian. Namun, hal itu tidak akan berkembang tanpa kehadiran subyek atau pribadi yang lain. Sukacita dan kasih selalu menjadi cita-cita atau harapan bersama dalam sosialitas manusia yang merupakan tanda kehadiran Allah yang nyata. Namun, dalam kenyataannya, ada bersama dengan orang lain, tidak sehalus kapas tetapi juga terkadang bagai bak duri yang sedang mendandani kebersamaan itu. Ini pun menjadi salah satu cuplikan mengenai potretan gelap dalam diri manusia.
Potret Gelap
Potretan gelap manusia itu selalu ada di mana dan kapan saja. Baik itu pada pribadi manusia sendiri, baik itu di rumah, lingkungan sekolah, tempat kerja, dan lain sebagainya. Suka-duka kebersamaan tersebut memberi warna dalam kehidupan. Orang yang bertahan dalam penderitaan akan bertahan dan memperoleh hidup yang kekal.
Dalam permenungan kita hari ini, secara umum Yesus mengajak kita untuk tidak menghakimi atau mengadili sesama. Menjadi hakim bagi orang lain juga memang perlu, namun kita yang menjadi hakim bagi sesama yang lain harus memastikan diri tanpa cacat, salah, dan celah. Oleh karena itu, jika diri Anda belum sempurna, janganlah menjadi hakim bagi sesama yang lain. Dalam bacaan Injil hari ini terjadi sebuah kekeliruan yang luar biasa yakni orang yang menjadikan dirinya sebagai hakim atas ketidaksempurnaan orang lain sesungguhnya juga pribadi yang tidak sempurna. Inilah yang dimaksud dengan potret gelap manusia.
Potret Manusia: Sebuah Ajakan Untuk Lebih Mengenal Diri
“Mengapa engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Luk. 6:41). Dalam kenyataan hidup manusia, orang lebih suka melihat atau peka terhadap kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, sedangkan kesalahan besar yang dilakukannya sendiri tidak diketahuinya atau tidak memberi ruang untuk berbenah diri. Orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri, cenderung untuk mencela kesalahan orang lain. Hal ini juga menggambarkan bahwa orang yang tidak mampu menolong dirinya sendiri, sama sekali tidak layak membantu mengubah hidup orang lain. bagaimana mungkin, dia akan bisa membantu mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya, yang pastinya akan membutuhkan mata yang jeli dan tangan yang kokoh dan mantap, sedangkan dirimu memiliki balok dalam matamu dan engkau tidak mengeluh, memperhatikan, dan mengeluarkannya dari matamu.
Para Sahabat Claretpath yang terkasih, itulah potret gelap dalam diri manusia. Hari ini, Yesus mengajak kita untuk lebih mengenal dan berbenah diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, kita yang ingin membantu atau melayani orang lain harus terlebih dahulu mencemaskan serta menyelamatkan jiwa sendiri dan memberikan kesaksian hidup yang baik. Melalui hal tersebut, kita pasti akan menjadi orang yang hebat dan sukses untuk mengubah dalam merubah hidup atau karakter sesama saudara kita. Semoga kita menjadi pribadi yang rendah hati untuk merubah potret gelap manusia. Amin.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.