Porsi Lebih

Darvis Tarung

Sumber gambar: Claretpath.com

Hari Senin Pekan Biasa Ke-XXVIII, 16 Oktober 2023

Bacaan I: Rm.11:1-7

Bacaan Injil: Luk. 11:29-32

Claretpath.com-Memahami atau mempercayai sesuatu yang tidak kita lihat dan darinya meminta kita untuk percaya tentu tidak mudah dilakukan. Mengapa? Percaya tanpa bukti atau tanpa tanda agaknya diragukan. Tanda menjadi fokus. Bahkan tanda menjadi hal pertama yang diminta: mana buktinya? atau di mana tandanya?

Bacaan Injil hari ini mengisahkan orang-orang di zaman Yesus yang meminta suatu tanda dari-Nya. Mereka pasti sudah mendengar dan bahkan sudah melihat tentang perbuatan Yesus namun mereka sulit memahaminya. Dari kenyaataan ini, saya merenungkannya bahwa manusia kadang kala mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang diperoleh. Atau juga boleh dikatakan bahwa manusia tidak puas dengan apa yang telah dimiliki -mereka telah melihat dan mendengar- mengharapkan “porsi” yang lebih..

Kisah orang-orang di zaman Yesus yang meminta tanda merupakan kisah orang yang “tidak puas” dengan kenyataan. Di sisi lain, hati dan pikiran mereka tertutup untuk menerima kenyataan akan kehadiran sosok Kristus. Efek lanjutnya adalah menuntut “lebih” dari apa yang sudah ada. Kehadiran Yesus di dunia sebetulnya adalah kesempurnaan “tanda” yang telah diwartakan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Tanda keselamatan itu yang telah lama dikumandangan oleh para nabi dan sekarang telah nampak dan nyata dalam pribadi Yesus Kristus.

Baca juga :  Perjumpaan yang Menyembuhkan | Renungan Harian 

Kehadiran Yesus di dunia dengan segala karya-Nya menunjukan tanda dari Allah, bahwa keselamatan ada dalam diri Yesus sendiri. Kenyataan ini justru sulit diterima oleh orang-orang di zaman Yesus. Ketika kita sejenak melihat kembali kenyataan mereka pada waktu itu, bahwa mereka merindukan Mesias yang dapat membebaskan mereka dari keadaan yang sulit (situasi politik). Kenyataannya bahwa kehadiran Yesus tidak membebaskan mereka dari penjajah namun kehadiran-Nya berorentasi pada keselamatan di akhirat. Tanda-tanda yang telah dibuat Yesus tidak membuat mereka paham akan rencana keselamatan itu. Mereka meminta yang lain dan bahkan menuntut “lebih” dari Yesus.

Baca juga :  Pewartaan yang Melebihi Kata-Kata

Dalam konteks dewasa ini, kadangkala banyak orang membutuhkan tanda dalam “Porsi yang lebih” yang harus dilakukan oleh Allah. Manusia seolah-olah memaksa Allah untuk melakukan apa yang manusia kehendaki. Tuhan saya mau ini! Tuhan saya mau yang itu! Tuhan berilah ini, Tuhan berilah itu!

Kita kadang mengeluh kepada Tuhan karena apa yang kita alami tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita terus menuntut tanda dari Tuhan. Kita tidak menyadari bahwa Tuhan mengabulkan doa kita dengan menggunakan cara lain atau melalui orang lain. Orang-orang di zaman Yesus mengharapkan pembebasan secara politis (bebas dari penjajah), namun mereka tidak menyadari bahwa Yesus sendirilah sang pembebas itu. Lebih dari itu mereka meminta tanda dari Yesus, namun mereka tidak menyadari bahwa tanda yang sempurna ada di dalam diri Yesus itu sendiri. Sebagaimana yang telah saya katakan di atas bahwa mereka sedang meminta “porsi yang lebih”.

Baca juga :  Semut: Sebuah Pengalaman Perutusan | Renungan Harian

Hari ini pun kita diundang oleh Tuhan untuk menyadari bahwa kita seharusnya sadar bahwa Yesus adalah tanda sejati dari Allah. Dia adalah kepenuhan atau kesempurnaan tanda dari Allah. Ia juga menjadi tanda keselamatan sebab sejak lahir hingga Ia naik ke surga (periode-Nya di dunia) adalah suatu bentangan rencana keselamatan Allah, itulah pesan yang pertama. Pesan yang kedua ialah kita hendaknya sadar bahwa Allah mengabulkan doa kita dengan cara lain atau melalui orang lain. Maka dari itu kita tidak perlu minta “porsi lebih” yang memaksa Tuhan untuk melakukan sesuatu kepada kita. Tanda itu pula nampak dalam peristiwa atau dalam pribadi orang lain dalam hidup kita. Sejauh mana kita menyadari hal tersebut? Mari kita tanya dalam pribadi kita masing-masing.