Permohonan Seorang Kusta

Picture by Kementerian Kesehatan

Penaclaret.com – Salam jumpa sahabat penaclaret yang terkasih. Pada hari ini, Injil Markus menyuguhkan kepada kita kisah seorang kusta yang ditahirkan Yesus. Posisi orang kusta dalam bacaan tersebut dapat disejajarkan dengan kisah wanita pendarahan, seorang yang lumpuh, tuli, bisu, dan sebagainya. Mereka adalah sekelompok orang yang dulunya dikucilkan dalam masyarakat Israel kuno. Mereka dipandang sebagai orang-orang yang paling hina dan dianggap sebagai orang-orang yang terkutuk.

Si kusta datang kepada Yesus dan memohon penyembuhan. Barang kali waktu itu, nama Yesus sudah tersiar kemana-mana oleh karena perbuatan baik yang ia lakukan, seperti menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh jahat, dan melakukan banyak lagi mukjizat. Penyakit kusta dalam aspek sosial-religius bangsa Israel menjadi salah satu penghalang terjadinya sebuah perjumpaan antara Allah dan manusia. Orang-orang yang mengidap penyakit kusta diasingkan dari lingkungan masyarakat dan tidak diizinkan untuk menyentuh Bait Allah. Mereka dianggap najis. Itulah mengapa, si kusta sangat bergembira ketika Yesus mentahirkan dirinya. Yesus sendiri pun menyuruhnya membawa persembahan ke Bait Allah sebagai ungkapan syukur itu. Secara tidak langsung, Yesus membawa si kusta keluar dari hukuman sosial yang dialaminya.

Baca juga :  Yesus Baper?

Sejenak, setelah menyimak kisah seorang kusta yang datang kepada Yesus, kita semua disodorkan sebuah pertanyaan. Apa permohonanmu ketika kamu sakit? Setiap orang pasti menempatkan dirinya seperti orang kusta. Tidak ada permohonan lain selain kesembuhan. Bahkan, ketika berdoa bersama pun, setiap kita pasti pernah mendoakan anggota keluarga atau sanak saudara yang sakit agar disembuhkan. Ketika kita atau orang yang kita doakan sembuh, yang terpancar dari raut wajah adalah sukacita dan rasa syukur. Itu dari perspektif penyakit biologis. Lalu, bagaimana dengan penyakit rohani?

Baca juga :  Saya (Tidak) Ingin Mati

Penyakit rohani yang dialami semua manusia adalah dosa. Ketika kita kembali menempatkan diri sebagai seorang yang sakit; penyakit rohani, apa yang menjadi permohonan kita ? Memohon kekuatan dari Tuhan untuk keluar dari belenggu dosa atau malah merasa nyaman dengan semua keterpurukan itu?

Baca juga :  Tentang Biduk dan Bayu Senja, di Laut Lepas! | Renungan Harian

Selamat bermenung. Tuhan memberkati.