ClaretPath.com– Perahu dan Gelora Badai
Renungan Harian Sabtu, 13 April 2024
Bacaan Pertama: Kis. 6:1-7
Bacaan Injil : Yoh. 6:16-21
Sahabat Claretpath yang budiman hidup manusia itu ibarat seperti perahu. Perahu yang barlabuh di tengah samudra. Coba saja bayangkan, pasti sangat menegangkan karena berhadapan dengan ganasnya samudra. Perahu yang berlayar di samudra sudah tentu menghadapi badai, hujan, angin kencang, ombak besar dan bisa saja tsunami! Namun kadang kala penyebab perahu atau kapal tenggelam tidak selalu berasal dari luar, misalnya badai, ombak atau tsunami. Tetapi berasal dari dalam perahu itu sendiri, misalnya kebocoran pada lambung kapal yang menyebabkan air laut masuk ke dalam dek kapal atau perahu.
Perahu para murid
Cerita tentang perahu di atas terinspirasi dari perahu para murid dalam injil Yohanes. Yohanes mengisahkan dengan sangat menarik bahwa ketika para murid menyaksikan mukjizat penggandaan roti dan memberi roti-roti itu kepada lima ribu orang, mereka kemudian berpisah dengan Yesus. Yesus mengundurkan diri ke atas gunung sedangkan mereka pergi ke danau dan naik perahu pada waktu hari mulai malam. Dalam perjalanan ke Kapernaum mereka menghadapi danau yang bergelora karena angin kencang. Di tengah situasi darurat itu mereka dikejutkan oleh sosok yang berjalan di atas air danau. Para murid sangat takut karena mereka takut dengan danau yang bergelora ditambah takut dengan sosok yang mereka jumpai di tengah danau. Tetapi untunglah ternyata itu Yesus. Yesus yang berjalan di atas air. Akhirnya setelah mereka mempersilahkan Yesus naik perahu, danau yang tadinya bergelora menjadi tenang karena kehadiran Yesus dan mereka segara tiba di Kapernaum.
Perahu kita
Kisah Yesus yang berjalan di atas air memberikan satu pelajaran penting. Bahwasannya kehadiran Yesus di tengah para murid membuat mereka selamat dari danau yang bergelora dan perahu yang mereka tumpangi seketika tiba di pantai yang mereka tuju. Sabahat Claetpath yang terkasih dalam Yesus, sebagai para murid-murid-Nya yang senantiasa meletakkan telapak kaki kita di atas telapak kaki-Nya kita di ajak untuk mempersilahkan Yesus masuk dalam perahu kehidupan kita. Perahu milik kita tidaklah berlayar dengan mulus-mulus saja seperti perahu kertas yang ditaruh oleh anak-anak kecil di saluran air untuk dilombakan. Perahu kita pasti berhadapan dengan badai, gelora angin kencang bahkan ombak besar seperti tsunami. Tetapi yakinlah ketika Yesus berlayar bersama kita, perahu kita akan selamat dan tiba di tujuan dengan selamat seperi para murid di Kepernaum. Semoga…..
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus