Selasa, 04 Januari 2022, Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan
Bacaan I : 1 Yoh. 4:7-10
Bacaan Injil : Mrk. 6:34-44
PenaClaret.com – Bacaan-bacaan suci pada hari ini secara jelas menunjukkan identitas diri setiap orang kristiani, yaitu mereka yang penuh kasih. Umumnya orang sering menyandingkan kata “kasih” dengan “cinta”. Apabila ditelusuri dari definisi kata, kasih adalah perasaan sayang kepada seseorang (cinta, suka kepada). Perasaan ini adalah lumrah manusiawi, yang hadir kapan saja ketika pribadi menanggapi seseorang yang ada dalam jangkauan indranya. Hanya saja, pengungkapan perasaan ini sangat perlu untuk dilatih.
Bacaan pertama yang diambil dari Surat Pertama Rasul Yohanes, langsung diawali dengan ajakan “Saudara-saudara terkasih, marilah kita saling mengasihi” (1 Yoh. 4:6). Ajakan ini dapat dimaknai sebagai pengandaian akan situasi jemaat pada waktu itu yang memiliki perasaan kasih, tapi sulit untuk mengungkapkannya. Kesulitan ini bisa disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu hilangnya kesadaran diri sebagai seorang manusia atau kurangnya pembiasaan dalam mengungkapkan rasa kasih terhadap orang-orang di sekitarnya.
Para sahabat Pena Claret yang dikasihi Tuhan. Dunia saat ini mengalami tantangan pada faktor yang kedua tersebut. Sikap individual, materialistik, dan apatis merebak bagaikan trend di lingkungan masyarakat zaman now. Setiap orang berlomba-lomba mengumpulkan harta, kemudian memamerkannya di depan umum sebagai sebuh pencapaian yang tidak mungkin dilakukan oleh setiap orang. Dilihat sepintas ini bukanlah suatu kesalahan karena merupakan hasil dan hak dari setiap orang yang mau bekerja keras. Namun, di sisi lain tampak suatu kesenjangan yang mengubur rasa kasih terhadap mereka yang berkekurangan bahkan sejak lahir di dunia.
Setiap orang kristiani diajak untuk berbuat kasih sesering dan sebanyak mungkin. Sebab Allah yang diimani adalah kasih dan asal dari kasih (Bdk. 1 Yoh.4:7). Kasih Allah yang paling tampak adalah ketika Ia memberikan PuteraNya Yesus Kristus untuk lahir ke dunia, hidup sebagai manusia, berkarya-manampilkan kasih: sengsara, wafat, dan kemudian bangkit demi keselamatan manusia.
Ungkapan kasih dapat hadir dalam berbagai macam bentuk. Salah satu bentuk yang paling melegenda adalah apa yang dikisahkan dalam Injil Markus di hari ini, yaitu Yesus memberi makan lima ribu orang. Yesus tidak memberi makan lima ribu orang ini dari kelebihan, tetapi dari kekurangan. Ketika Dia menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi makan orang-orang yang mengikuti mereka, para murid hanya bisa mengeluhkan kas mereka yang tentu tidak cukup memberi roti seharga dua ratus dinar untuk beribu-ribu orang yang hadir tersebut. Akan tetapi, komitmen kasih Yesus mengubah kekurangan tersebut menjadi kelebihan.
Sobat Pena Claret, komitmen kasih kita terkadang diganggu oleh kekurangan atau kelebihan yang ada pada kita. Apa yang mau saya berikan kepada dia, toh saya juga berkekurangan! Atau jika saya membantu dia mungkin dia akan sering datang untuk meminta bantuan bahkan mengajak mereka yang lain untuk melakukan hal yang sama dan tentu akan berdampak pada apa yang saya miliki! Kasih hanya bisa diungkapkan oleh karena ketulusan dan pembiasaan. Mari berbuat kasih.
Misionaris Claretian. Mahasiswa Pasca-Sarjana di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharama Yogyakarta.