ClaretPath.com – Pengampunan: Kartu Undangan ke Pesta Paskah
- Bacaan Pertama: Daniel 13:1-9.15-17.19-30.33-62
- Bacaan Injil: Yohanes 8:1-11
Para sahabat ClaretPath yang terrkasih, sentralitas persoalan dalam bacaan pertama dan injil hari ini mengarah pada penghakiman terhadap perempuan-perempuan yang berbuat dosa. Dalam bacaan pertama, dua orang tua-tua bersaksi bahwa perempuan telah melakukan perbuatan zina dengan seorang laki-laki. Kemudian, mereka membawa perempuan tersebut kehadapan orang Israel untuk menghukumi perempuan tersebut. Dalam bacaan Injil, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang telah berbuat zina untuk menghukuminya. Dalam tradisi Yahudi penghukuman yang tepat bagi perempuan-perempuan yang telah melakukan perbuatan zina adalah rajam.
Rajam (stoned to death) adalah hukuman bagi pelanggar hukum dengan cara dilempari batu sampai mati. Akar hukum ini terdapat dalam Kitab Imamat (20:10) yang berbunyi demikian, “Bila seorang laki-laki berzina dengan isteri orang lain, yakni berzina dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzina itu.” Dengan demikian, nasib dari perempuan-perempuan yang telah berbuat zina berada dalam ambang kematian. Perasaan mereka tentu takut. Pada saat yang sama, muncul perasaan malu dalam diri mereka karena telah melakukan dosa besar dan diketahui oleh banyak orang.
Siapa yang Harus Dihukum?
Menariknya, posisi perempuan-perempuan tersebut sebagai bahan bagi Allah untuk menunjukan kuasa-Nya dan aturan main hakim terhadap manusia. Tujuannya tidak lain adalah menunjukan siapa yang patut mendapat hukuman. Daniel dalam bacaan pertama sebagai utusan Allah menghakimi pertama bukan meminta keterangan dari pelaku (perempuan) tetapi kepada dua orang tua untuk mempertanggungjawabkan laporan mereka. Ternyata, mereka bersaksi palsu terhadap perempuan tersebut. Dalam bacaan injil, Yesus menulis di tanah dan barangsiapa yang melemaparakan batu tepat pada tulisan tersebut, maka ia tidak bersalah. Maksud Yesus pertama bukan kepada perempuan tersebut melainkan pertama-tama kepada pelapor (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi). Aturan main hakim Allah menunjukan siapa yang harus dihukum.
Daniel menemukan bahwa pelaku tidaklah bersalah dengan cara mengintrogasi saksi-saksi tersebut. Orang yang bersalah adalah kedua tua-tua yang melapor. Mereka telah bersaksi palsu. Pada bacaan Injil, Yesus menemukan bahwa yang bersalah adalah mereka yang menghakimi perempuan tersebut. Jika Daniel menggunakan cara mengintrogasi kedua tua-tua saksi, maka Yesus menemukan kesalahan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan tulisan-Nya di tanah yang mana tidak seorangpun memenuhi kriteria tersebut (melempar batu tepat pada tulisan-Nya).
Hukuman dari Allah
Yesus mengalihkan aturan main hakim-Nya kepada pelaku (perempuan berzina). Ia berdialog dengan perempuan itu. Dialog mereka bukan sebatas mengetahui kesalahan perempuan tersebut tetapi pada hukum. Ia bukan menghukum dengan merajam tetapi dengan Cinta-kasih Allah terhadap manusia. Hukum cinta dari Tuhan tentu melampaui kemampuan setiap orang termasuk perempuan tersebut di mana yang seharusnya dihukum rajam hingga mati tetapi memperoleh pengampunan dan hidup. Bandingkan saja hukuman ini dengan hukuman rajam dari orang Israel terhadap kedua tua-tua yang memberikan kesaksian palsu.
Allah memberikan pengampunan yang menyelamatkan jiwa manusia di mana harga dari hal tersebut sangat besar manfaat bagi manusia. Secara tidak langsung, Ia hendak mengulangi perkataan bahwa pengampunan bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18: 22). Dengan kata lain, Ia mengajarkan kepada kita bahwa mengampuni kesalahan orang lain secara terus-menerus tanpa henti meskipun mereka tetap melakukan kesalahan terhadap kita.
Undangan ke Pesta Paskah
Perihal mengampuni orang lain tentu terasa sulit dan berat jika berhadapan dengan orang yang sama. Namun, kita sudah melihat tindakan Sang Guru yang menujukan kasih-Nya terhadap manusia dengan cara ini. Jika ia merasa lelah dan tidak bisa mengasihi mereka yang berbuat dosa, maka Ia tidak mungkin datang untuk menyelamatkan manusia. oleh karena itu, cobalah mengampuni orang lain dalam masa Prapaska ini. Tujuannya tidak lain adalah masuk dalam Pesta Paskah dengan hati yang gembira tanpa beban.