Paulus Memihak Orang Yahudi

Picture by. umma

ClaretPath.com – Paulus Memihak Orang Yahudi

Hari Jumat Pekan Biasa XXX

  • Bacaan I: Rm. 9:1-5
  • Bacaan Injil: Luk. 14:1-6

Para sahabat yang terkasih, kaum Farisi, ahli Taurat, atau mungkin bangsa Yahudi kerap kali mendapat stigma negatif dalam konsep orang-orang Kristen. Barangkali hal itu sudah menjadi kesan umum dikalangan umat Kristen. Mengapa? Karena, secara politis, merekalah yang menjadi dalang dari tragedi penyaliban Yesus. Lalu pertanyaan lanjutan, apakah mereka pantas memperoleh keselamatan?

Dalam Surat kepada jemaat di Roma 9:1-5, Paulus memberi pembelaan kepada orang-orang sebangsanya itu. Pernyataan Paulus cukup ekstrime “….aku mau terkutuk demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani” (Rm. 9: 3). Keberpihakan Paulus kepada orang Yahudi berlandas pada adanya ikatan relasi sebagai saudara. Paulus sama sekali tidak menolak kebenaran bahwa Yesus sebagai Allah, tetapi perasaan sebagai saudara itulah yang menuntutnya untuk memberikan pengorbanan diri demi keselamatan saudara-saudaranya, orang Yahudi.  Keselamatan demi saudara kiranya menjadi hal penting.

Baca juga :  Orang “Gemuk” Susah Masuk Kerajaan Allah

Dalam bacaan Injil hari ini, gambaran tentang pengorbanan demi keselamatan orang lain sangat nampak. Lukas melukiskan tindakan Yesus yang melanggar batas aturan-aturan hari sabat hanya untuk menyelamatkan seorang sakit busung air. Penderitaan satu orang membawa makna yang besar. Bukan soal kuantitasnya, tetapi nilai cinta yang tersirat di balik tindakan itulah yang penting.

Baca juga :  Penderitaan, Momentum Pedagogis

Para sahabat yang terkasih, Yesus mencintai tanpa ada batasan secara kuantitas atau pun kualitas. Demikian pula dalam korelasinya kepada kaum Yahudi. Apakah Yesus sungguh membenci orang Yahudi karena mereka sering kali menentang-Nya atau bahkan menyalibkan-Nya? Tentu tidak. Ketika sedang bergantung di salib, Yesus sendiri mengatakan “Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23: 34). Buah dari ketidaktahuan ini telah menghantar orang Yahudi pada tindakan yang salah, tetapi Yesus tetap mengampuni mereka.

Para sahabat yang terkasih, suatu kesimpulan akhir yang ditekankan oleh Paulus ialah, janganlah kita menyombongkan diri, melainkan takutlah (Bdk. Rm. 11: 25). Selain menunjukkan ikatan relasi sebagai saudara, pada satu sisi pembelaan Paulus atas orang-orang Yahudi mau mengingatkan, kita tidak punya hak untuk menghakimi kesalahan orang lain. Jika Kristus Tuhan telah menderita dan mengorbankan diri untuk semua orang, lalu sipakah kita yang berhak menghakimi orang lain? Semoga kita semua senantiasa dirahmati untuk tetap hidup dalam kasih Kristus, menerima kehadiran orang lain, dan berkorban demi kebaikan bersama. Tuhan memberkati.