ClaretPath.com – Move on dari Iri Hati
Senin, 23 Maret 2024, dalam Pekan Suci
Bacaan Pertama: Yesaya 42:1-7
Bacaan Injil: Yohanes 12:1-11
Iri hati adalah sifat karena sejatinya destruktif. Misalnya, jika seseorang iri hati terhadap orang lain, maka ia berusaha untuk menghalangi orang lain dengan perkataan dan tindakan-tindakan yang tidak pantas.
Bacaan injil hari ini menjelaskan imam-imam kepala yang iri kepada Lazarus dan Yesus. Mereka melihat kebangkitan Lazarus sebagai cara Yesus menyudutkan mereka. Selain itu banyak pengikut mereka yang memilih mengikuti Yesus karena peristiwa kebangkitan tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, maka penghasilan mereka menurun di bait Allah. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menangkap dan membunuh Lazarus dan Yesus.
Imam-imam kepala yang iri hati
Tindakan imam-imam kepala menjadi model bahwa iri hati bisa menjadi persoalan kemanusiaan. Motivasi mereka adalah membunuh semua orang yang mengganggu pekerjaan mereka. Ini menunjukkan betapa bahayanya iri hati ketika dipelihara dalam diri seseorang. Iri hati tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merusak diri sendiri dan membawa dampak buruk pada masyarakat secara keseluruhan.
Teknik move on dari iri hati
Tindakan iri hati dari imam-imam kepala menjadi pedoman bagi kita untuk tidak melakukan hal tersebut. Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan sifat manusiawi ini. Pertama, identifikasi penyebabnya. Dalam bacaan Injil, penyebab iri hati adalah perasaan rendah diri, ketidakamanan, atau kekurangan dalam diri. Jika demikian, maka iri hati bisa diubah. Kita perlu mengalihkan fokus dari perbandingan diri sendiri dengan orang lain. Kita dapat lebih berorientasi pada perkembangan pribadi dan memberikan dukungan kepada orang lain dalam mencapai tujuan mereka. Kedua, membangun kepercayaan diri. Ini dapat dilakukan melalui self-reflection, pembelajaran dari orang lain, dan menghargai pencapaian diri sendiri tanpa harus membandingkannya dengan orang lain. Mulanya, kita pasti merasa sulit untuk mengembangkan rasa ini. Kita membutuhkan banyak pengalaman untuk mmbangun rasa percaya diri.
Kedua hal tersebut bisa membantu untuk melakukan perubahan dalam diri. Jika kedua hal tersebut sulit, kita perlu meminta dari Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus untuk membantu perubahan tersebut. Apalagi, enam hari lagi kita akan merayakan kebangkitan-Nya. Kita perlu merayakan kemenangan iman ini dengan hati bersih tanpa iri hati. Inilah saatnya move on dari iri hati.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus