ClaretPath.com – Model Pengampunan yang Khusus
- Bacaan Pertama: Daniel 3;25. 34-43
- Bacaan Injil: Matius 18:21-35
Desmond Tutu, seorang uskup Anglikan asal Afrika Selatan sekaligus seorang aktivis penentang apartheid terkenal pada era 1980-an, pernah menulis sebuah karya dengan judul “No Future without Forgiveness“ (Tidak ada masa depan tanpa pengampunan). Di dalam karyanya ini, Desmond Tutu mengungkapkan pesan bahwa siklus kekerasan, kebencian dan balas dendam tidak akan membuat dunia menjadi lebih baik. Sebaliknya, teolog abad-20 ini dengan tegas mendukung padangan Kristen bahwa Tuhan menghargai kehidupan manusia secara mutlak, maka pengampunan adalah “koreksi” yang diperlukan untuk kedamaian dan keharmonisan sosial.
Lebih jauh Desmond Tutu mengsyaratkan orang Kristen dalam banyak keadaan mesti mengganti keadilan retributif atau menghukum pelaku kesalahan dengan keadilan restoratif. Dasar dari optimismenya tentang pentingnya mengampuni ini muncul terutama karena keyakinannya akan kematian Kristus di Salib yang membawa keadilan dan pengampunan bagi semua orang terlepas dari kejahatan manusia.
Mengampuni: Ciri Khas Hidup dalam Kerajaan Allah
Sahabat ClaretPath yang terkasih dalam Tuhan, di hari Senin pekan prapaska ketiga ini, kita kembali diajak untuk merenungkan Firman Tuhan dari Injil Matius 18:21-35. Perikop ini berkisah tentang Pengampunan. Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku? Sampai tujuh kali? (ay. 21). Yesus menjawab dan mengoreksi, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (ay. 22b). Kemudian Yesus menegaskan pengampunan itu sebagai ciri kerajaan Sorga yang dilukiskan-Nya dengan sebuah perumpamaan tentang seorang raja yang mengadakan perhitungan dengan hambanya yang berhutang.
Allah adalah Sang Maha belas kasih. Di dalam Injil, sifat Allah yang maha belas kasih itu diidentifikasikan oleh sosok raja yang mengampuni hambanya yang berhutang sepuluh ribu talenta. Pelayan itu berutang sangat besar, “sepuluh ribu talenta”. Sepuluh ribu adalah angka Yunani tertinggi, dan talenta adalah satuan mata uang tertinggi. Di Timur tengah, orang yang berhutang dan tidak mampu membayar biasanya dijual sebagai budak. Tetapi lebih umum juga digunakan dengan hukuman. Namun, karena besarnya belas kasihan, sang raja tidak lagi memperhitung hutang hambanya itu. Ia tidak hanya menghapus hutang sang hamba tetapi juga menyelamatkan seluruh kehidupannya. Akan tetapi, kemudian hamba itu dicampakkan dan dihukum justru karena ia gagal meneladani sikap belas kasih sang raja dan tidak mau mengampuni sesamanya yang berhutang kepadanya.
Para sahabat ClaretPath yang budiman, perumpamaan tentang Raja yang mengampuni hamba yang berhutang mengilustrasikan dua ciri hidup dalam Kerajaan Allah. Pertama, hidup dalam Kerajaan Allah berarti mengalami pengampunan Allah yang tak terukur (arti tujuh puluh kali tujuh kali). Kedua, hidup dalam Kerajaan Allah berarti juga harus mencerminkan sifat pengampunan itu di dalam hubungannya dengan orang lain. Orang yang menolak mengampuni berarti ia menempatkan dirinya berada di luar “Kerajaan”. Akibatnya ia juga akan berada di luar wilayah belas kasih Allah yang tak terbatas.
Yesus adalah Model
Sahabat ClaretPath yang terkasih, di hadapan Tuhan, kita manusia adalah sesama hamba yang berhutang. Dari bacaan Injil hari ini kita belajar bahwa belas kasih dan mengampuni sesama adalah ukuran yang dipakai Allah atas kedaulatan-Nya memberikan belas kasihan Ilahi kepada kita. Ketika kita tidak mengampuni, itu artinya kita juga akan kehilangan belas kasihan Allah. Ingat! Tuhan Yesus tidak hanya mengajar kita tentang cara pengampunan tetapi Ia sendiri telah menujukan teladan yang sangat sempurna perihal mengampuni.
Pengampunan itu tidak bergantung pada orang lain. Seringkali kita mau berwelas asih dan mau mengampuni seseorang ketika dia mengungkapkan penyesalannya dan menawarkan semacam reparasi atau restitusi. Ini adalah pola pengampunan yang paling umum. Namun, sebagai orang Kristen, kita memiliki model pengampunan yang khusus. Yesus adalah model pengampunan kita. Dalam pengertian ini, sebagaimana Yesus teladankan bahwa pengampunan mesti menjadi sesuatu yang kita tawarkan, suatu hadiah, selalu tanpa syarat dan tak terbatas (mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali).
Semoga di masa prapaskah ini, kita tidak hanya selalu berkanjang memohon pengampunan Tuhan tetapi semoga kita juga semakin giat berusaha untuk mengampuni sesama yang pernah bersalah kepada kita. Jika kita memiliki musuh yang pernah menyebabkan rasa sakit dalam hidup kita, kita mesti ingat bahwa iman kita mengajarkan kita untuk mengampuni mereka sebagaimana Tuhan telah mengampuni dosa dan kesalahan kita. Semoga Tuhan membantu kita.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.