ClaretPath.com – Mencari Alasan Sebuah Tindakan
Renungan Sabtu, 01 Mei 2024, Peringatan Wajib, St. Yustinus, Martir
Bacaan I: Yud. 17:20b-25
Bacaan Injil: Mrk. 11:27-33
Berpikir rasional instrumental dan fungsional
Ada dua tendensi yang mendominasi pikiran modern. Pertama, tentang motif tujuan. Misalnya, orang membagun sebuah Gedung. Yang pertama ditanyakan adalah apa motif atau tujuan bangunan itu dibangun. Kalu misalnya, tidak ada tujuan. Atau kalau tujuannya itu tidak rasional, maka sebaiknya bangunan tersebut jangan dibangun atau dibatalkan saja. Kedua, dasar. Seorang yang melakukan tindakan baik atau buruk akan ditanyai, atas dasar apa Anda melakukan ini atau itu. Kalau dasarnya tidak kokoh, maka tindakan itu tidak valid. Contohnya demikian, seorang anak tertangkap basa mengambil uang di dompet ibunya sendiri. Ibunya menanyakan alasan ia mengambil uang itu. Anak itu menjawab, “karena ia melihat dompet ibunya sesak dengan uang.” Dengan demikian, alasan anak itu mengambil uang tersebut tidak kuat. Dasar pijakannya tidak rasional.
Di dalam tradisi filsafat barat, dua motif di atas disebut rasional instrumental dan fungsional. Belakangan cara berpikir semacam itu dikritik habis-habisan karena melihat sesuatu berdasarkan prinsip kegunaan dan fungsi: untung-rugi. Seolah kalau tidak berguna atau mendatangkan profit, maka dihancurkan saja. Maka dalam praktiknya, bila kita melihat orang yang cacat, lemah, dan miskin lebih baik kita musnahkan saja. Toh, mereka tidak ada guna. Tetapi apakah dalam kenyataan seperti demikian? Tentu tidak.
Yesus dan gaya rasional instrumental dan fungsional
Yesus yang dikisahkan dalam bacaan injil hari ini berhadapan dengan pemikiran tersebut. Orang-orang Farisi dan Pemuka agama Yahudi menginterogasi-Nya, “atas otoritas apa Anda melakukan ini.” Yesus tidak menjawab. Posisi Yesus menjadi kritikan mereka. Yesus membungkam mereka. Seolah orang berbuat baik harus atas otoritas tertentu; atas perintah yang legal dan sah. Kalau tidak, lebih baik jangan. Padahal kalau tindakan yang demikian kurang bermutu. Orang berbuat baik karena tuntutan hukum yang sebenarnya adalah paksaan dari luar. Tidak ada intensi atau ketulusan hati untuk bertindak baik. Kisah orang Samaria yang baik hati merupakn counter attack pada gaya berpikir rasional-instrumental dan fungsional ini.
Pesan renungan “Mencari Alasan Sebuah Tindakan”
Sebagai orang Kristiani, gaya berpikir rasional-instrumental dan fungsional ini tidak baik. Hari ini Gereja merayakan Peringatan wajib St. Yustinus Martir. Sebagai Martir, Yustinus mengorbankan nyawanya demi kepentingan umat Allah. Kalau ia berpikir secara rasional-instrumental dan fungsional, barangkali ia tidak mau menjadi martir. Toh, tidak ada untuk untuk dirinya. Tetapi ia mengutamakan ketulusan dan rela berkorban demi orang lain. Pesannya untuk kita sangat jelas. Sebagai orang Katolik, jangan suka menggunakan gaya berpikir rasional-instrumental dan fungsional ini tidak baik dalam hidup kita. Hal itu mengurung kita dalam sikap cinta diri dan egois.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus