Me Time dan Perintah-Nya

Oleh Fr. Yohan Mada, CMF

Me time dan perintah-Nya
Gitmom.com

ClaretPath.comMe time dan perintah-Nya

Renungan Harian

Jumat, 03 November 2023

Bacaan I: Rm. 9:1-5

Bacaan Injil Luk. 14:1-6

Dalam agama Yahudi hukum dipandang sebagai yang utama. Semua orang harus taat pada hukum agama mereka. Setiap orang yang melanggar aturan hukum dipandang sebagai pemberontak. Mereka disebut tidak menaati hukum Tuhan yang diturunkan melalui Musa. Entah dalam situasi apapun, umat Yahudi tidak boleh melakukan apa saja apabila hukum itu melarangnya. Namun, pandangan berbeda terjadi pada bacaan injil hari ini. yang mana dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air pada hari sabat. Yang menarik dalam kisah ini adalah sebelum Yesus menyembuhkan orang itu, ia melontarkan sebuah pertanyaan kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sedang mengamat-amati-Nya.  “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” ketika mereka diam atas pertanyaan Yesus, Ia lalu menyembuhkan orang itu dan menyuruhnya pergi.

Baca juga :  Misteri Padang Gurun

            Bagi Yesus manusia bukan ada karena hukum, tetapi hukum itu ada karena manusia. soal menyembuhkan pada hari sabat atau tidak, itu bukanlah suatu persoalan. Hal ini nampak pada perkataannya kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” hemat saya perkataan ini mau menunjukkan bahwa nyawa di atas segalanya. Yesus di sini bukan tidak menaati hukum Taurat, tetapi karena Ia melihat bahwa orang sakit itu sungguh mengharapkan penyembuhan. Lalu, bagaimana dengan kita? apakah kita lebih mengutamakan hukum, ataukah kita takut karena dianggap melanggar hukum?

            Dari bacaan ini ada dua hal yang hendak saya refleksikan. Pertama, siap membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan dari kita. ini kita dapat lihat ketika Yesus mau menyembuhkan seorang yang sakit busung air walaupun pada situasi dan waktu yang salah menurut Hukum, yaitu pada hari sabat. Sebagai pelayan Sabda, kita hendaknya menghargai mereka yang datang mohon bantuan dari kita. oleh karena itu, kita hendaknya menghindari dari prinsip me time; karena hanya dengan begitu kita akan mampu memberi waktu bahkan diri bagi orang lain. Kedua, berani mengambil risiko. Hal yang paling sulit dalam hidup adalah melihat kebenaran dari perspektif orang lain. Kadang-kadang apa yang kita lakukan akan salah di mata orang lain atau juga bahkan kita dibenci oleh sesama kita. Perlu kita ketahui bahwa terkadang apa yang dibenci dunia itulah yang dicintai Tuhan, dan apa yang dibenci Tuhan itulah yang dicintai dunia. Inilah yang dialami oleh para Nabi.  Yesus, dalam bacaan hari ini telah mengambil risiko, yakni dibenci.

Baca juga :  Membongkar Kenyamanan Diri | Renungan Harian

            Maka, pesan bagi kita dari bacaan suci ini adalah menjadi pelayan yang baik di mata Tuhan adalah melayani mereka yang membutuhkan pertolongan dari kita, dan siap mengambil risiko walaupun risiko dapat saja memojokkan kita; hukum bukan menjadi patokan untuk melakukan sesuatu melainkan perintah Tuhanlah yang hendaknya kita dengar. seperti Petrus (dalam film Quo vadis?) yang mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan. Yang mana ia harus kembali lagi ke Roma untuk menguatkan jemaat-Nya walaupun ia tahu bahwa kehidupannya akan berakhir di Roma. Karena ketaatan yang ideal bukanlah terletak pada hukum, melainkan menuruti kehendak Dia yang mengutus Aku (Yoh 5:30).