Mata Bahagia, Mata yang Belajar dari Tuhan

Mata Bahagia, Mata yang Belajar dari Tuhan

ClaretPath.comMata Bahagia, Mata yang Belajar dari Tuhan

  • Selasa, 29 November 2022
  • Bacaan Injil: Lukas 10:21-24

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

(ayat 23-24)

Tuhan Yesus menyatakan bahagia bagi mata. Namun, mata bahagia ini bukan sembarang mata. Mata bahagia itu milik orang-orang kecil.

Sangat jelas Tuhan Yesus katakan hal ini dalam doa ucapan syukur-Nya atas keberhasilan para murid-Nya melaksanakan tugas perutusan mereka. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,” kata-Nya, “karena semuanya itu Kau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (ayat 21).

Baca juga :  Perjumpaan yang Membawa Perubahan |Renungan Harian

Setelah berdoa demikian, Tuhan Yesus memperjelas mata siapa yang Dia maksud. Tidak lain-tidak bukan, mata itu adalah mata para murid-Nya sebagai mata orang kecil. Sebaliknya, mata orang bijak dan pandai adalah mata para nabi dan raja (ayat 24).

Sekadar penjelasan! Konsep nabi dan raja dalam teks ini bukanlah nabi dan raja dalam konsep Gereja Katolik sekarang. Nabi dan raja ini merupakan sebuah status sosial dalam masyarakat Yahudi pada waktu itu.

Biasanya mereka memegang kekuasaan tertentu, sehingga tidak jarang mereka menganggap diri sebagai pemegang kebenaran. Mereka bisa jadi adalah nabi dan raja yang sedang memegang kuasa jabatan tertentu, tetapi bisa juga mereka adalah sanak keluarga dari nabi dan raja yang sedang menjabat tersebut. Baik yang sedang menjabat maupun sanak keluarga, mereka semua disebut kelompok nabi dan raja.

Baca juga :  Kesadaran dan Kesengajaan?

Mata yang Belajar dari Tuhan

Sampai di sini, kita mudah memahami kata-kata Tuhan Yesus hari ini. Mereka yang berstatus sosial ini memang sangat sering menganggap diri pandai dan bijak. Mereka merasa diri sebagai pemegang kebenaran. Itulah sebabnya mereka mengharapkan orang lain, terutama orang-orang kecil, mendengarkan apa kata mereka.

Sikap mereka seperti ini selalu mendorong mereka untuk menggurui orang lain. Mereka kurang memiliki waktu untuk menjadi murid dan belajar. Juga mata mereka kurang terbiasa untuk melihat keagungan Allah dalam diri orang lain, apalagi dalam diri orang kecil.

Berbeda dengan kelompok para nabi dan raja, para murid-Nya sungguh menempatkan diri mereka sebagai pembelajar. Mereka membiarkan diri mereka dituntun oleh Sang Guru, yaitu Tuhan Yesus. Mereka sudah terbiasa untuk belajar. Juga mata mereka sudah terdidik dan terlatih untuk melihat keagungan Tuhan dalam segala hal.

Baca juga :  Bersyukur: Merayakan Kebahagiaan | Renungan Harian

Mata para murid adalah mata pembelajar. Mata mereka adalah mata yang tiada hentinya mau belajar dari Tuhan. Mereka memberikan spasi bagi Tuhan untuk mengatakan sesuatu kepada mereka. Mereka tidak terburu-buru untuk mengatakan sesuatu sebelum melihat dengan lebih teliti.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat bergembira, bahkan bergembira dalam Roh (ayat 21). Marilah kita merawat mata dan tatapan kita agar menjadi mata yang selalu siap sedia belajar dari Tuhan.

Jika kita sudah mempunyai mata seperti itu, maka kita akan mampu melihat keagungan Tuhan dalam segala hal. Akhirnya, mata kita pantas menjadi mata yang berbahagia.


Penulis: Todi Manek, CMFEditor: Admin