Masihkah Kalian Belum Mengerti?

Masihkah Kalian Belum Mengerti?
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.Com Masihkah Kalian Belum Mengerti?

Hari Selasa Pekan Biasa Ke-VI, 14 Februari 2023

Peringatan Wajib St. Sirilus, Prtp dan St. Metodius, Usk

Bacaan I: Kej. 6:5-8, 7:1-5, 10

Bacaan Injil: Mrk. 8:14-21

Frasa yang menarik untuk kita renungkan bersama pada kesempatan ini adalah “Masihkah kalian belum mengerti?” Ada pun kata-kataYesus ini berangkat dari cara berpikir para murid Yesus yang menanggapi pernyataan-Nya terkait ragi organ Farisi dan Herodes. Secara sepintas, jawaban Para Murid tidak patut untuk kita persalahkan. Sebab mereka memahami sesuatu yang sudah menjadi familiar dalam keseharian mereka. Berbicara tentang ragi; adonan, maka temanya akan seputar makanaan seperti roti.

Namun, mereka lupa akan kata sesudah kata ragi itu sendiri, yakni ragi orang Farisi dan Herodes. Persis di sanalah letak kekeliruan para murid. Mereka menangkap kata ragi semata dan melupakan orang Farisi dan Herodes. Sebenarnya, jikalau secara kritis mereka mencerna pernyataan Yesus, maka timbul pertanyaan baru, mengapa kata “ragi” disematkan kepada orang Farisi dan Herodes? Ada sesuatu yang terselubung yang harus mereka gali atas frasa demikian. Itulah maksud Yesus. Yesus sebenarnya tidak memaksa mereka untuk berpikir demikian. Namun, mereka kurang menyadari bahwa empat ribu saja bisa menjadi kenyang hanya dengan 7 roti dan lima ribu orang saja bisa kenyang dengan 5 roti dan 2 ikan. Sekali lagi para murid kurang mengkritisi pernyataan Yesus di awal sehingga mereka tidak berpikir tuntas terkait maksud dan tujuan Yesus ketika berbicara tentang ragi orang Farisi dan Herodes.

Baca juga :  Jangan Menjadi Batu Sandungan

“Masihkah kalian belum mengerti?” Seperti sebuah seruan kenabian Yesus atas para Rasul untuk memiliki sikap kritis dalam melihat, mendengar bahkan mencerna sesuatu. Di satu sisi Yesus menghendaki agar mengikuti-Nya atau bahkan mendengar dan meresapi kata-kata-Nya tidak hanya mendengarkannya secara sepintas lalu tanpa membiarkan spirit kritis ada dan menemani formasi kemuridan mereka. Berpikir holistik atau kritis atas apa yang kita alami tidak bermaksud untuk mencari kesalahan pembicara atau Yesus. Namun, dengan mengkritisi apa yang kita alami, kita terselamatkan dari situasi kebingungan dan kedangkalan spirtual.

Baca juga :  LOGIKA “PUTAR-BALIK” | Renungan Harian

Pentingnya Daya Kritis

Maka point yang bisa kita petik adalah penting untuk memiliki daya kritis dalam hidup kita. Kita perlu mengkritisi segala sesuatu. Hanya perlu dipahami bahwa kritisi segala sesuatu tidak dalam pengertian untuk menjatuhkan lawan bicara atau rekan atau saudara kita. Kekritisan pertama-tama hendak menyelamatkan kita dari kesesatan berpikir, kebingungan dan kedangkalan spirtual.

Baca juga :  Jembatan Harapan

Pesan lain dalam konteks hari kasih sayang. Penting untuk memiliki sikap kritis ketika memutuskan untuk mencintai atau membiarkan diri dicintai. Mengapa demikian? Dengan sikap kritis kita akan memahami esensi dari mencintai. Kita tidak hanya mau menerima kebahagiaan dari mencintai, namun harus berani menerima kesakitan dan kesedihan dari mencintai. Sampai di sini; “Masihkah kalian belum mengerti? Semoga Tuhan memberkati kita sekalian.