Hari Kamis Putih – Logika “Putar Balik”
- Bacaan I: Kel. 12:1-8. 11-14
- Bacaan II: 1Kor. 11: 23-26
- Bacaan Injil Yoh. 13:1-15
ClaretPath.com – Para sahabat terkasih, hari ini kita merenungkan dua peristiwa besar. Keduanya adalah Peristiwa pembasuhan kaki dan perjamuan (penetapan ekaristi).
Pembasuhan kaki merupakan kultus kuno. Menjadi actus obrigatorium bagi seorang hamba: melayani dan membersihkan kaki tuannya. Sementara itu, perjamuan merupakan pesta keagamaan orang Yahudi (makan paskah). Pesta ini telah menjadi tradisi di mana kepala keluarga akan bertindak sebagai imam (pemimpin).
Esensi dasar dari kedua peristiwa ini adalah sikap ke-hamba-an. Hemat saya, kita akan merenungkan poin ini dari sudut ‘logika putar-balik’.
Ini kebenaran, bahwasanya semua manusia memiliki kapasitas menyusun dan menelaah kebenaran faktual demi penegasan akan keyakinan yang dianutnya. Hal ini dilakukan dengan proses penalaran. Namun tidak semua orang berhasil. Ada yang berhasil tetapi ada pula yang gagal sama sekali. Tentu semua memiliki alasan, pertama-tama keterampilan berpikir yang tidak terlepas dari kesehatan mental dan fisik.
Jika diperhitungkan demikian, dibarengi dengan logika orang-orang sezaman, Yesus berada pada ambang kegagalan. Yesus gagal karena memutar balik fakta: Dia melakukan tindakan yang semena-mena merendahkan martabatNya sebagai seorang Guru. Dia juga gagal mempraktekkan tindakan pelayanan yang ‘salah’ di depan murid-murid-Nya.
Pada peristiwa pembasuhan, Yesus berani bertindak sebagai hamba, membasuh kaki para murid-Nya. Ini tindakan yang tidak lazim terjadi dan bagi para murid sendiri ini tidak bisa diterima. Demikin reaksi Petrus: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya”.
Kendati demikian apa yang harus dipersalahkan, logika Yesus? kebenaran orang-orang zaman itu? apakan masih ada kebenaran lain di balik logika putar-balik?
Para sahabat yang terkasih, sederhananya, tindakan pembasuhan yang dilakukan Yesus sebagai seorang guru tidak lazim terjadi. Namun Yesus berani meninggalkan kewibawaannya, menjadi hamba, dengan rendah hati membasuh kaki para murid. Itu semua sama sekali baru dan sangat mengganggu. Tetapi justru itulah yang diajarkan kepada para murid. Dan itu jugalah kebenaran yang tersirat dalam ‘logika putar balik’ dan menjadi kekayaan spiritual yang terus diwariskan sampai kepada kita, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga perbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
Sebagai orang Kristiani kita diundang, menjadi hamba yang rendah hati, melayani siapa saja tanpa harus melihat derajat atau jabatan. Cukuplah dengan melayani. Yesus telah berinisiatif bahkan menyerahkan diri-Nya bagi kita, maka patutlah kita mempraktekkannya kepada sesama di sekitar kita dengan penuh kasih. Tuhan Memberkati.
*Oleh Aldo de Deus
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.