Sabtu Pekan Biasa XXVI
Bacaan Injil: Luk 10:17-24
Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih. Ketika seseorang mengalami keberhasilan, hampir tidak pernah apa yang ia alami dipendam sendiri. Ia akan menceritakan kisahnya kepada orang lain, kepada mereka yang dekat dengannya. Keberhasilan menciptakan rasa bangga dalam diri; merasa diri berarti, berguna dan menyadari adanya kualitas dalam diri. Pengalaman keberhasilan memacu pengembangan kemampuan seseorang, ia akan lebih bersemangat jika hal yang sama dipercayakan lagi kepadanya. Keberhasilan juga menciptakan sukacita dari dalam diri, menghentak orang untuk membagikan apa yang ia alami kepada orang lain.
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Dalam bacaan Injil hari ini, Penginjil Lukas mengisahkan ketujuh puluh murid yang kembali dengan gembira. Mereka bersukacita atas keberhasilan misi yang mereka jalankan. “Tuhan juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu. (Luk 10:17)” Mereka merasa sukses menjalankan amanat Sang Guru. Jika kita ingat, dalam perutusan mereka -ketujuh puluh murid- Yesus juga menentukan batas-batas yang harus mereka lakukan. Kesuksesan, kepulangan dengan gembira, mengafirmasi bahwa mereka dengan cermat dan setia menjalankan perintah Yesus, Sang Guru yang mengutus mereka.
Di tengah sukacita, kegembiraan yang mereka alami, Yesus memperingatkan jangan menjadikan kesuksesan misi sebagai euforia dalam hidup mereka. Sebaliknya kesuksesan perlu dirayakan dengan cara mengucap syukur kepada Tuhan yang menyertai mereka. Yesus tahu bahwa misi yang dipercayakan-Nya berhasil, “Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit. (Luk 10:18)” Ada benteng, ada penyertaan Tuhan dalam misi yang mereka emban. Kegembiraan, sukacita yang mereka alami tidak boleh melemahkan kesadaran akan penyertaan Tuhan.
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Yesus mengajak ketujuh puluh murid untuk bertolak lebih dalam menuju ke kedalaman arti sukacita yang lebih besar. “…bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga. (Luk 10:20)” Sukacita yang melampaui kebiasaan banyak orang. Yesus menegaskan bahwa perbuatan mereka berkenan di hati Allah. Sebab itu, sukacita mereka pun harus melampaui pemahaman sukacita kebanyakan orang, melampaui apa yang biasa di mata manusia. Level sukacita hendaknya melampaui yang biasa-biasa saja.
Selain memperingatkan ketujuh puluh murid untuk bertolak lebih dalam merenungkan arti sukacita, Yesus juga mengajar, memberi teladan agar selalu mengucap syukur atas penyertaan Allah Bapa. Dalam persatuan dengan Roh Kudus, Yesus menghaturkan syukur kepada Bapa. Menariknya, Sang Guru tidak hanya mengajarkan tetapi juga mempraktekan apa yang diajarkan. Yesus tidak mau bermain dalam tataran dialektis, Ia mengundang para murid agar sampai pada praksis hidup. Sukacita harus sampai pada ucapan syukur, menyadari penyertaan Tuhan.
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Kadang euforia atas sukacita, menjadikan kita lupa bersyukur. Terbuai oleh banyak pujian, apresiasi, menjadikan kita tinggi hati. Kita mulai menceritakan kehebatan kita, kesukesan yang kita peroleh. Tanpa sadar kita menggeser peran Tuhan dalam hidup kita, bahkan melupakannya. Bacaan Injil hari ini mengundang kita, mengajak untuk bersukacita dalam Tuhan. Sukacita atas keberhasilan adalah hal yang sangat wajar dan bahkan sangat perlu dirayakan. Di samping itu level sukacita harus dinaikkan. Bersukacita karena nama kita terdaftar di surga. Bersukacita karena Tuhan menyertai kita dalam misi yang kita emban. Sukacita kita hendaknya berujung pada ucapan syukur.
Semoga pada peringatan wajib para malaikat pelindung di hari ini, kita semua digerakkan untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.
Misionaris Claretian.