Jumat, 13 Mei 2022, Pekan IV Paskah (P).
Bacaan I : Kis. 13:26-33
Bacaan Injil : Yoh. 14:1-6
Penaclaret.com – Hay! Sobat Pena Claret yang terkasih, mungkin sebagian besar dari kita tidak asing dengan lagu berikut. Sewindu sudah ku tak mendengar suaramu. Ku tak lagi lihat senyumanmu. Yang s’lalu menghiasi hariku. Sewindu sudah kau tak berada di sisiku. Kau menghilang dari pandanganku. Tak tahu kini kau di mana. Ternyata belum siap aku kehilangan dirimu. Belum sanggup untuk jauh darimu yang masih s’lalu ada dalam hatiku. Lagu “Belum Siap Kehilangan” yang diciptakan Stevan Pasaribu, telah mewakili banyak hati yang sedang dirundung rasa galau. Seandainya lagu di atas sudah ada pada zaman Petrus dan murid lainya. Saya yakin lagu ini akan diputar berulang kali oleh mereka.
Sobat Claret yang terkasih. Injil hari ini mengisahkan situasi galau yang dialami para murid. Mereka galau karena sosok yang mereka cintai, kagumi, dan ikuti setiap hari selama sekitar tiga tahun, tiba-tiba mengatakan bahwa Dia akan pergi dari tengah-tengah mereka menuju rumah Bapa. Waktu tiga tahun rasanya sangat singkat, sehingga mereka belum siap kehilangan Yesus yang mengajarkan banyak hal kepada mereka. Para murid belum siap bila saat itu tiba. Memikirkannya saja telah membuat mereka merasa GEGENA (gelisah, galau, dan merana).
Akan tetapi, Yesus segera memberikan penghiburan, pengharapan, dan peneguhan kepada mereka dengan berkata, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Yesus pergi untuk menyediakan tempat bagi kita dan akan datang kembali guna membawa kita ke rumah Bapa-Nya. Tuhan Yesus meyakinkan bahwa di tempat di mana Dia berada kita pun berada bersamanya.” Kerinduan terbesar Yesus bukan hanya supaya kita melewati segala permasalahan dalam hidup, tetapi juga agar kita tinggal bersama-sama dengan Dia.
Kemudian Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai jalan dan kebenaran dan hidup. Dia menjadi pengantara satu-satunya kepada Bapa. Ketika kita ada bersama dan tinggal dalam Yesus, kegelisahan dan ketakutan hanya akan menjadi kerikil yang membuat kita tetap berjaga dan terus melangkah menuju rumah Bapa. Di tengah kegelisahan kita, seberapa jauh kita memercayai Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat? Apa saja yang membuat kita gelisah pada saat ini? Serahkanlah itu kepada Tuhan di dalam doa.
Tuhan memberkati kita.
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma – Menyukai travelling