Komunitas Seminari Hati Maria: Membiru, Membara dan Membaru Bersama Claret di Lembah Matani

Sumber gambar: Dok.Pribadi

Langit Membiru

Claretpath.com-Langit membiru kita membaru. Di antara jalinan kisah tentang Claret, waktu adalah pematang yang tak terlihat. Ia memintal benang-benang kehidupan misioner kita dengan cinta keibuannya yang tak terukur. Di saat matahari hendak menjatuhkan ciuman terakhirnya di ufuk barat, waktu menjadi pelukis abstrak yang menggubah layar langit menjadi koreografi penuh warna. Di sanalah sebuah romantika waktu tentang Claret kembali dimulai. Kali ini bukan di sana atau di mana-mana tapi di sini. Di lembah Matani yang saban hari sibuk mengebas diri dari terpaan debu dan peluh.

Di bawah langit biru yang lembut, para laskar muda Claretian berbaris rapih di hadapan Sang Santo, Antonius Maria Claret. Mereka semua mengenakan kostum kebanggaan tim-nya masing-masing. Tim Xifre mengenakan kostum stabilo berwarna hijau-hitam; tim Villaro kostum warna senja (kolaborasi kuning dan orange); tim Fabregas kostum warna khas kota kelahiran St. Antonius Maria Claret, yakni Barcelona (kolaborasi warna merah dan biru) dan tim Clotet rupanya lebih memilih untuk mengenakan kostum berwarna biru langit sebagai tanda akan tingginya impian dan pengharapan mereka layaknya sang juara.

Seketika angin berbisik pelan, membawa aroma bunga-bunga yang mekar di sepanjang barisan dan perjalanan mereka. Atmosfer kompetitif pun sudah mulai kelihatan saat Fr. Yohan, CMF selaku ketua umum sekaligus pemimpin upacara pembukaan bulan Claret tahun ini, mengundang setiap kelompok untuk mempertontonkan yel-yel­-nya. Dari “yel-yel Bercanda ala kelompok Xifre hingga yel-yel Kukuruyu…Kiu-Kiu ala kelompok Villaro”, semuanya menjadi racikan pembakar semangat persaudaraan yang sangat kuat dan khas ala Claretian.

Api Membara

Api membara kita membaru. Di dalam upacara opening ceremony bulan Claret ini, ada satu ritual kecil yang selalu dilakukan oleh komunitas Seminari Hati Maria (SHM), Kupang saat hendak memulai pelbagai perlombaan di sepanjang bulan Claret yakni pembakaran obor. Menarik sekali bahwa penyalaan obor itu dilakukan langsung oleh P. Ferdy, CMF selaku Superior komunitas Seminari Hati Maria, Kupang serentak sebagai Pembina upacara pada pembukaan bulan Claret. Obor dinyalakan dengan cara mengambil api dari sebatang lilin kecil yang menyala tepat di bawah kaki patung St. Antonius Maria Claret.  Api obor itu sendiri adalah simbolisasi dari ikatan spiritual yang tak terkalahkan antara St. Antonius Maria Claret bersama Para Misionaris Claretian, membara seiring dengan intensitas cinta keputraan terhadap Hati Maria yang tumbuh tanpa batas.

Baca juga :  Claret Sang Parfum Kristus

Seusai penyalaan obor spiritual itu, P. Ferdy, CMF langsung mengangkat obor sambil meneriakkan ‘maxim’ Claret yang sudah sangat familiar di kalangan Para Misionaris Claretian, yakni pekikan:” Viva Claret, yang berarti: Hidup Claret…!” Para Misionaris Claretian kemudian berbaris dan mulai mengarak obor misioner itu dari Patung Claret menuju lapangan futsal SHM sambil melantunkan lagu: “Allah yang penuh cinta kasih, pandanglah komunitas Claretian yang berhimpun di dalam nama-Mu dalam persaudaraan dan cinta-Mu…..”.

Tiupan angin sepanjang perjanan menjadi penari lembut yang menggerakkan api obor misioner itu menari-nari seiring dengan melodi hati yang berdegup kencang, pertanda ingin segera bertanding. Api obor kasih misioner itu menyala kuat, menerangi kegelapan dengan cerita cinta bersama Claret yang tak akan pernah pudar. Itu adalah obor kasih kerasulan, yang terus menyala sepanjang perjalanan hidup St. Antonius Maria Claret yang serentak menunjukkan jalan menuju keabadian kita sebagai Para Misionaris Claretian.

Baca juga :  Amo Sipri dan Konsep Kebahagiaan

Langit kini seolah-olah menciptakan latar belakang yang sempurna untuk menyaksikan pertandingan pembuka yaitu futsal antara tim Xifre vs tim Clotet. Sinarnya matahari memancar seperti sorot mata yang penuh kasih, menciptakan rasa hangat di dalam hati dan kerongkongan para pemain. Siulan burung-burung, angin dan teriakan para penonton di pinggir lapangan dan sekitar pohon Ketapang menjadi musik penyemangat para pemain selain lagu Thailand yang diputar oleh Fr. Epi, cs. Setiap langkah yang para pemain dan penonton ambil bersama dalam semua perlombaan melukiskan jejak-jejak kebahagiaan yang tak terlupakan.

Kita Membaru

Senja datang, mengecat langit dengan warna-warna magis, seolah-olah alam pun ingin ikut merayakan keseruan dalam pertandingan futsal antara tim Xifre vs tim Clotet.  Singkat kisah, pertandingan akhirnya dimenangkan oleh tim Xifre dengan skor akhir 2:1. Dan di setiap matahari terbenam, kita merayakan keajaiban panggilan kita yang semakin membaru, seperti langit yang tak pernah kehilangan pesonanya.

Di malam yang sunyi, tapak-tapak kaki misioner itu kembali menyusuri lorong-lorong gelap ke hati setiap anggota komunitas. Mereka membawa bukan hanya kata-kata kemenangan, tetapi juga tindakan nyata yang menciptakan perubahan dan persaudaraan di kamar makan yang semakin ‘ramai’ dan hangat. Setiap kaki yang berjalan adalah nyanyian kasih, melodi pengorbanan demi kebaikan bersama kelompok atau komunitas.

Akhirnya, di ujung perjalanan, ketika tapak-tapak kaki misioner itu bersatu kembali, mereka membawa pulang bukan hanya kenangan indah tentang hari ini saja, tetapi juga cerita misioner yang abadi. Jejak mereka akan tetap terpahat bersama St. Antonius Maria Claret dalam sejarah. Semua kisah tentang hari ini akan menjadi cerita abadi. Keabadian bukanlah janji untuk selamanya, tetapi cara kita mengisi setiap detik bersama dalam kehidupan ini terutama sepanjang bulan berahmat ini. Cinta dan kesetiaan terhadap karisma dan spiritualitas bapa pendiri kita, St. Antonius Maria Claret akan menjadi peluru waktu yang melesat melewati hari-hari, melewati malam-malam, dan mengukir kenangan yang abadi di dalam hati. Semuanya ini akan menjadi sangat mungkin bila kita terus berupaya untuk membarui diri. Menjadi baru dan murni layaknya emas yang dipanaskan dalam tanur api.

Baca juga :  Claret Jalan Kaki dari Spanyol ke Roma

Akhirnya, saya menutup tulisan atau sharing tentang bulan Claret di komunitas SHM Kupang ini dengan mengutip kembali amanat dari P. Ferdy, CMF dalam upacara pembukaan bulan Claret yang berbunyi demikian: Masa formasi adalah momen berahmat bagi setiap misionaris Claretian untuk sungguh mengenal dan mengakarkan dirinya pada semangat, spiritualitas dan karisma bapa pendiri, St. Antonius Maria Claret. Sebab ketika sudah beranjak dari rumah-rumah formasi maka momen-momen pengenalan dan kedekatan bersama bapa pendiri melalui pelbagai perlombaan, pembacaan autobiografi, dokumen-dokumen kongregasi dan lain sebagainya tidak akan lagi diperhatikan secara baik seperti saat masih di dalam rumah formasi. Akhirnya, selamat berpesta, selamat bertanding dan selamat berjuang untuk memenangkan setiap pertandingan dengan baik sebab semuanya ini bukan bersifat rekreatif belaka melainkan juga dan bahkan berdimensi formatif…..

                                          

**Selamat merayakan bulan Claret dan salam In Corde Matris.