Kerendahan Hati Meruntuhkan Kesombongan

Kerendahan Hati Meruntuhkan Kesombongan
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.Com Kerendahan Hati Meruntuhkan Kesombongan

Hari Selasa Pekan Biasa Ke-VII, 21 Februari 2023

Bacaan I          : Sir 2:1-11

Bacaan Injil     : Mrk. 9:30-37

Para pembaca setia Claretpath.Com yang terkasih, eelamat berjumpa kembali di media permenungan Sabda Allah ini. Hari ini kita akan merenungkan teks Injil Markus 9:30-37. Ada satu hal menarik dari perikop ini yang hendak kita telisik lebih jauh, yaitu ambisi Para Murid. Di kisahkan bahwa Para Murid mempertentangkan siapa yang terbesar di antara mereka (Mrk. 9:34). Hal ini terjadi karena setiap mereka mempunyai ambisi atau hasrat yang kuat untuk menjadi yang terbesar di antara yang lain. Ambisi itu melahrikan sikap ketertutupan terhadap orang lain. Sehingga dapat dibaca bahwa motivasi mereka dalam mengikuti Yesus belum murni. Mereka juga belum memahami nubuat kesengsaraan sang Guru. Akan tetapi hal itu diketahui oleh Yesus. Ia hadir untuk mencerahkan kekeliruan para murid itu.

Yesus memberikan suatu jawaban yang sangat sederhana. Meski begitu tetap sulit untuk dilaksanakan. Ia mengatakan bahwa menjadi “yang pertama” di antara para murid berarti menjadi murid yang rendah hati bukan murid yang sombong. Karena itu Ia mengemukakan diri-Nya dan anak kecil sebagai model untuk menjadi pribadi yang terbuka terhadap orang lain dan meruntuhkan ambisi pribadi yang keliru; “Baransiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia mennyambut Aku (9;37). Sebagaimana kita ketahui bahwa anak kecil itu identik dengan kepolosan, lemah, tidak dianggap, dan sebagainya. Namun Yesus justru menjadikan mereka sebagai model untuk “mempermalukan” para murid yang mempunyai ambisi untuk menjadi yang terbesar di antara yang lain.

Baca juga :  Keterkejutan Maria dan Iman yang Peka | Renungan Harian

Kecendrungan Manusiawi: Menguasai Yang Lain

Para sahabat Claretpath yang terkasih, pengalaman para para murid di atas juga terjadi dalam diri orang-orang zaman ini. Ada tendensi dalam diri setiap orang untuk menjadi yang terbesar di antara yang lain. Tendensi ini melahirkan kesombongan dalam diri. Jika kesombongan telah menguasai diri seseorang, maka orang lain tidak lagi memiliki arti apa-apa. Seolah-olah dirinya adalah seluruh dunia dan seluruh dunia adalah dirinya. Hal ini sangat berbahaya dalam kehidupan bersama. Tidak ada kedamaian yang akan tercipta melainkan pertentanga demi pertentangan. Karena setiap orang mempunyai kecenderungan untuk menguasai satu sama lain.

Baca juga :  Semoga Kau Cepat Mati

Agar kecenderungan ini tidak menguasi diri kita dan menjadikan kita jauh dari jalan Tuhan, kita membutuhkan jalan keluar yang benar agar kita tidak lagi tersesat pada hal yang sama. Hal ini memang sulit untuk dilakukan. Karena kita akan bertentangan dengan diri sendiri, yaitu antara kecendrungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat jahat yang ada dalam diri kita. Akan tetapi tidak ada alasan bagi kita untuk pasrah pada keadaan. Sebab orang yang pasrah dan tidak berbuat apa-apa akan tetap berjalan di tempat. Sedangkan orang yang selalu berusaha akan berlari lebih cepat menyambut sang Fajar.

Baca juga :  Kemuridan Kristus Zaman Now

Untuk melengkapi usaha kita, kita perlu belajar dari bacaan Injil hari ini. Terutama ajakan Yesus untuk menjadi yang terakhir dari semua dan pelayan dari semua. Maksudnya adalah kita hendaknya berusaha bersikap rendah hati. Bukan berarti kita tidak memiliki apa-apa. Tetapi kerendahan hati membantu kita untuk menjadi pribadi yang terbuka bagi orang lain. Selain itu, kerendahan hati juga mampu meruntuhkan kesombongan diri kita untuk menguasai yang lain. Sehingga tidak ada lagi sekat yang memisahkan kita dari yang lain. Yang ada hanyalah kasih yang mesra yang membalut seluruh jiwa dan raga kita. Pada akhirnya kita mampu menerima sesama sebagaimana kita menerima diri kita sendiri. Dengan demikian kita menerima Kristus yang hadir dalam diri mereka. Semoga.