Kepemimpinan Yang Melayani

Mencari untuk Memperkaya
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.ComKepemimpinan Yang Melayani

Hari Rabu Pekan II Masa Prapaskah, 8 Maret 2023

Bacaan I: Yer. 18:18-20

Bacaan Injil: Mat. 20:17-28

Realita Kepemimpinan Masa Kini

Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Mat. 20:28

Sahabat Claretpath yang terkasih, hari ini Yesus mengajarkan kita untuk memiliki sikap rendah hati sama seperti-Nya yakni sikap melayani dan bukan untuk dilayani. Melayani berarti melakukan sesuatu bagi orang lain dan rela menderita demi orang lain. Pengorbanan kita meski dalam jumlah yang kecil pasti sangat bermakna bagi orang lain terutama mereka yang sangat membutuhkannya. Hal utama yang tertanam dalam hati adalah melayani dengan hati yang tulus dan cinta yang besar, damai dan kebahagiaan akan terus ada di dalam kehidupan kita. St. Teresia Lisieux mengatakan, Kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar tetapi kita dapat melakukan hal yang kecil dengan cinta yang besar.

Sahabat Claretpath yang budiman, dalam kenyataan hidup sekarang, seseorang yang memiliki jiwa melayani sangat sulit kita temukan. Hal ini terjadi karena setiap pribadi berjuang untuk menjadi orang hebat dan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang dipanggil, dipersiapkan, diberi kapasitas oleh Allah untuk melaksanakan misi-Nya dan melayani-Nya dengan mengabdikan diri. Leighton Ford memahami para pemimpin sebagai “take the lead” dan “more people to follow them”. Pemimpin yang memerintah dengan rendah hati adalah kata kunci untuk mengerti dan merenungi pesan Injil hari ini. Menjadi seorang pemimpin adalah cita-cita, harapan dan dambaan hidup semua manusia dewasa ini. Setiap pribadi akan selalu berusaha agar apa yang menjadi cita-cita maupun dambaan hidupnya itu dapat terwujud.

Baca juga :  Mata Bahagia, Mata yang Belajar dari Tuhan

Gambaran seorang pemimpin adalah pribadi yang senantiasa berlumpur bersama warganya dan bukan sekedar memerintah dari takhta sama seperti Yesus yang rela datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Namun, pernyataan Yesus tersebut berbanding terbalik dengan gejolak dunia yakni  godaan “gila hormat” dan godaan untuk dilayani. 

Kepemimpinan Yang Melayani

Godaan duniawi membuat manusia “rakus” atas jabatan yang sedang ia pangku atau duduki. Pribadi tertentu selalu memperkuat posisi kepemimpinannya supaya mendapat penghormatan yang maksimal. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita terpanggil untuk berani berlaku paradoks, supaya semakin kuat memimpin, semakin hebat, semakin tinggi, tetapi semakin melayani atau servant leadership.  Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang mencoba untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang tengah terjadi dalam tubuh masyarakat atau bangsa. Para pemimpin atau pelayan (servant leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Menjadi seorang pemimpin yang memiliki keutamaan untuk melayani tentu bukanlah hal mudah. Jiwa pemimpin selalu berhadapan dengan glamour dunia. Namun, pemimpin yang sadar dengan orientasi melayani mengakibatkan dirinya menjadi pemimpin dengan spirit yang melayani. 

Baca juga :  Menjadi Utusan | Renungan Harian

Sahabat Claretpath yang terkasih, kita sebagai pengikut Kristus jangan pernah takut dan malu bila orang memanggil kita dengan sebutan ‘pelayan atau hamba‘. Menjadi hamba berarti kita ikut ambil bagian dalam kehidupan Kristus. Kita sama seperti Dia, yang datang untuk melayani. Dengan melayani sesama, maka kita pun boleh berharap akan semakin banyaknya orang yang terselamatkan. Dalam Injil-Nya hari ini, Yesus mengingatkan kita akan logika kerendahan hati dalam memerintah, atau lebih luas kerendahan hati bagi seorang pemimpin. Dalam seluruh karya-Nya, Ia telah menampakkan atau memberikan contoh kepada kita semua. Kerendahan hati-Nya, mempengaruhi banyak orang, bahkan para pemimpin juga menjadi tertarik untuk ‘mendekat’ pada-Nya. Kerendahan hati Yesus mendapat puncaknya dalam peristiwa salib. Salib itulah yang menjadikan kita ‘tak berdaya’ mendekat dan menimba kekuatan daripada- Nya.

Kepemimpinan Yang Melayani: Gaya Kepemimpinan Ala Yesus

Yesus dalam pengajaran-Nya ingin mengungkapkan bahwa Anak Manusia adalah teladan yang sempurna dari pelayanan yang rendah hati. “Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menjadi tebusan bagi banyak orang”. Seluruh tujuan Inkarnasi bisa kita padatkan dalam dua kata ini, yakni melayani dan memberi. Kematian dan pengorbanan-Nya yang mulia nyata dalam perendahan diri-Nya di kayu salib. Kebesaran-Nya dinyatakan di dalam kehinaan-Nya. Demikian, gaya kepemimpinan yang melayani ala Yesus.

Baca juga :  Berjalan Sambil Berbuat Baik | Renungan Harian

Dengan model kepemimpinan yang diajarkan-Nya, yakni kepemimpinan yang melayani atau kepemimpinan hamba versi Yesus dapat dipahami dalam beberapa ciri khusus yaitu, pertama, pemimpin ialah orang yang menjadi pelayan. Artinya pemimpin bukan saja hanya memimpin, tetapi juga harus membuktikan dirinya sebagai seorang pelayan. Kedua, harus menjadi hamba. Artinya, bahwa seorang pemimpin bukan saja hanya memimpin, tetapi juga harus membuktikan dirinya sebagai seorang hamba yang merelakan diri sepenuhnya bagi kebutuhan bawahannya. Ketiga, ada harga yang harus dibayar, yaitu penyangkalan diri, bukan hanya menerima pelayanan dari bawahan, tetapi juga merelakan diri dan hidupnya untuk melayani orang lain.

 Akhirnya semoga kita bertumbuh menjadi pribadi yang memiliki kebesaran hati untuk memimpin dengan rendah hati, memimpin dengan semangat melayani dan selalu mengandalkan kekuatan Tuhan. Amin.