ClaretPath.com – Ke Persimpangan Jalan
Kamis Pekan Biasa XX – 28 Agustus 2021
- Bacaan I: Hak. 9:6-15
- Bacaan Injil: Mat. 20.1-16
Sahabat Claret Path yang terkasih dalam Kristus. Hari ini melalui bacaan Injil, Yesus memberikan perumpamaan yang begitu menarik, “perjamuan kawin”. Dalam tradisi Yahudi, Kerajaan Allah sering tergambar sebagai metafor perjamuan. Yang mana, dalam perjamuan sukacita ini Allah mengundang semua orang untuk turut berpartisipasi perjamuan sukacita. Tak tanggung-tanggung Allah telah menyediakan semua hidangan sesuai kebutuhan. Semuanya terberi secara cuma-cuma. Hanya saja, dengan berbagai alasan para undangan mengabaikan perjamuan Allah yang notabene gratis.
Allah yang begitu peduli mengambil langkah untuk memberitahu kepada pelayan-pelayan untuk secara terus-menerus memberitahu kepada para undangan bahwa hidangan telah tersedia dan perayaan sukacita segera mulai. Namun, mereka sepelehkan kelimpahruahan rahmat Allah. Karena kelimpahruahan rahmat inilah, Allah pun menghargai kebebasan setiap manusia untuk memilih.
Kelimpahan rahmat Allah tidak berhenti di situ saja. Allah yang begitu murah hati tak segan-segan menyuruh pelayan-pelayan untuk pergi ke persimpangan jalan (epi tas diexodous). Allah ingin membagikan sukacita-Nya kepada mereka yang rapuh, lemah dan tak berdaya, entah itu orang baik atau jahat, termasuk wajah orang yang selama ini tersembunyi, underground of history.
Undangan Allah ini tidak lagi hanya sebatas bagi mereka yang memiliki tiket undangan tetapi juga telah menyebarluas kepada mereka yang belum memiliki tiket undangan. Garansi sukacita ini bersifat universal, kepada siapa saja. Di akhir perumpamaan ini Yesus memberikan tekanan dengan menampilkan konsekuensi dari penerimaan undangan Allah. Salah satu anggota undangan yang tanpa peduli masuk ke dalam perjamuan tanpa mengenakan pakaian pesta. Tuan pesta menyuruh orang mengikat kaki dan tangannya, lalu tercampak ke dalam kegelapan yang paling gelap. “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (Mat. 22:14).
Every cloud has a silver lining (setiap gumpalan awan memiliki pendar cahaya keperakan). Pepatah Inggris ini mengisyaratkan bahwa di balik kisah pilu covid-19, masih bisa hikmati makna hidup dan arah pengharapan. Keberadaan segala sesuatu yang ada di bawah langit ini tidak ada yang abadi untuk menyebabkan ketakutan dan kecemasan.
Merayakan hidup bukan berarti menjalani hari-hari hidup tanpa mengalami cuaca mendung. Justru dalam kondisi terburuk sekalipun, aura sukacita tak mudah redup. Merayakan hidup artinya menerobos kerapuhan dan ketakberdayaan yang mendikte kita pada degradasi sukacita.
Undangan untuk kita, perayaan sukacita selalu terbuka untuk siapa, kapan dan di mana saja. Hanya saja, bersediakah kita untuk pergi ke persimpangan jalan (epi tas diexodous) untuk merayakan sukacita (hidup) bersama Allah melalui wajah orang yang selama ini tersembunyikan?
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.