Penaclaret.com – Para sahabat pena Claret yang budiman! Selamat memasuki bulan Rosario.
Saya membayangkan dulu di masa sebelum pandemi, di Kelompok Umat Basis, biasanya kita akan saling berkunjung mendoakan rosario. Saya rasa kita setuju, doa rosario itu dekat dengan kita. Menjadi budaya. Bahkan Jorge Mario Bergoglio, Paus kita yang sekarang, sewaktu menjadi Rektor Seminari San Miguel di Argentina (1980-1986), selalu mendesak para fraternya berdoa rosario sebelum berkerasulan— karena rosario dekat dengan umat.
Berkaitan dengan sesuatu yang “dekat”. Di bulan Oktober ini para Claretian juga mengkhususkannya sebagai “hari dan detik” lebih dekat dengan Pendiri, Sto. Antonius Maria Claret, yang kehidupannya melegenda di paruh abad XIX. Memang harus diakui, nama Claret belum cukup akrab dengan telinga orang Indonesia.
Claret adalah seorang rasul terkenal yang dapat dibandingkan dengan Fransiskus Xaverius. Juga, dia adalah seorang pekerja mukjizat yang penyembuhannya menyaingi keajaiban Antonius dari Padua. Dan, seperti Vinsensius Ferrer, dia adalah seorang mistikus.
Para sahabatku! Biasanya nuansa euforia Bulan Claret paling ramai adalah di Rumah Formasi. Ragamnya kegiatan semisal kuis Claret, Claret Idol, futsal, bola kaki sudah menjadi program wajib. Saya sendiri, tahun ini, merayakannya dalam komunitas Yogyakarta. Dan ini yang menarik. Di komunitas Yogyaktarta, salah satu aktivitas yang paling diminati adalah pertandingan “Karom”.
Karom itu karambol, permainan berbasis meja yang konon sudah ada sejak abad XVIII. Kendati seorang jurnalis Turki, Ersin Kalkan, dalam “Horses, karambol and history…”, menyebut karambol di Tirus sudah sejak 1492 kala orang Yahudi bermigrasi ke sana, namun tidak sepenuhnya jelas dari mana tepatnya karambol berasal.
Beberapa sumber menunjuk India sebagai asal muasal karambol. Namun data yang lain menyebut Cina, Yaman, Ethiopia, Zimbabwe, atau Afrika Utara. Entahlah! Yang jelas, merunut pada sejarah, karambol adalah permainan tradisional tak bertuan yang masuk ke dunia kontemporer. Tidak hanya Indonesia, namun hampir seantero benua: Asia, Eropa, Amerika Serikat dan Australia.
Karena penyebarannya yang begitu kuat, sebuah organisasi Federasi Karambol Internasional pun didirikan di bulan Oktober 1988 sebagai Kongres Karambol pertama, yang diadakan di Madras (Chennai), India— dan dihadiri oleh delegasi dari India, Sri Lanka, Maladewa, Malaysia, Jerman dan Swiss. Pada saat itulah Rules of the Karom Game resmi ditetapkan.
Para sahabatku! Itu artinya Oktober bukan hanya istimewa dalam arti spiritual (Rosario dan Claret) tapi juga profan bagi pecinta karambol. Bahkan pada 29-31 Oktober mendatang, US National Carrom Championship (USCA) akan diadakan di New Jersey. Yang menarik di Amerika, karambol dipandang sebagai permainan numero uno, bahkan “kecanduan positif”, kata USCA dalam siaran pers 22 Juli. Dan perlu diketahui, USCA sudah mengadakan tiga Turnamen Internasional, di antaranya Raleigh, NC pada 1996, Kota Atlantik, NJ pada 2003, dan Piala Dunia ke-3 di Richmond, VA pada 2010.
Pastinya kita tidak pernah menyangka, sebuah permainan tradisional dapat disulap menjadi olahraga kompetitif yang diakui dunia, bahkan dicintai, terutama di negara-negara Timur. Di beberapa tempat, karambol bahkan dijadikan pedagogi geometri, dan di atas segalanya, membutuhkan keterampilan dan konsentrasi yang mendalam.
Para sahabatku! Akhirnya kita lalu sadar mengapa Karambol itu akrab dengan Claret. Itu karena keduanya dirayakan dalam Oktober. Jadi sementara pesta Claret dirayakan secara spiritual-kompetitif, karambol rekreatif-kompetitif, yang keduanya, karena unsur kompetitif, secara psikologi dapat meningkatkan rasa harga diri, philos thumos, bagi para penikmatnya. Dengan demikian, layaknya karambol yang sudah dianggap sebagai bagian dari budaya hidup, bulan Claret pun diharapkan dapat menelurkan kebajikan-kebajikan yang dapat diaminkan.
Sebagai catatan, karambol dimainkan di berbagai negara dengan gaya yang berbeda, bahkan dengan nama yang berbeda. Di negara-negara Asia seperti India, Afghanistan, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, negara-negara Arab termasuk Pakistan karambol dieja sebagai carom, karom, carum, dan kairam. Semoga, semangat Claret pun dapat dieja ke dalam kultur kita yang pantarei,mengalir, tak tetap.
Misionaris Claretian di Medan