ClaretPath.Com–Kamu Semua Adalah Saudara
Hari Selasa Masa Prapaskah II, 7 Maret 2023
Bacaan I: Yes. 1:10.16-20
Bacaan Injil: Mat. 23:1-12
Sahabat-sahabat Claretpath yang terkasih, hari ini Yesus memberikan sebuah wejangan yang amat praktis namun sarat akan makna. Yesus tampaknya telah ‘membaui’ sikap arogansi dalam diri para pendengar-Nya yang selalu ingin memperoleh penghormatan dan keistimewaan dalam kehidupan bersama. Ingin selalu mendapat pujian, penghargaan dan status sosial yang besar dan berpengaruh rupanya menjadi kecendrungan manusiawi yang telah berurat-akar dalam diri setiap pribadi. Terlepas dari keinginan psikologi dan sosialisnya, manusia sebenarnya selalu terdorong oleh ambisinya untuk menguasai atau menggurui sesamanya.
Tendensi manusiawinya ini kemudian mendorong dan mempengaruhi cara pandang manusia untuk ‘mengobjekkan’ sesamanya. Sesamanya bukan lagi hadir sebagai saudaranya melainkan objek atau sasaran segala dorongan ambisiusnya. Meski begitu, bagi mereka yang suka ‘mengobjektivasi’ orang lain, selalu terlihat seperti mengalami satu kepuasan psikis tersendiri yang tampak menyenangkan mereka. Mereka tidak peduli apakah objek yang sedang mereka hadapi itu sesama saudaranya ataukah hanya sekadar objek belaka layaknya seuatu benda.
Terhadap cara pandang dan gaya relasi yang demikian, Yesus tampil dengan sebuah revolusi baru yakni perubahan cara pandang mengenai keberadaan orang lain. Sesama yang lain bukanlah benda atau barang yang mestinya kita objektivasi lalu kita jadikan sebagai milik kita melainkan ia adalah saudara kita sendiri. Orang lain adalah diri kita yang lain. Atau bahkan juga, kita bisa mengatakan bahwa orang lain itu adalah Allah yang nyata di hadapan kita sekarang ini dan di sini. Mengapa? Sebab di dalam diri mereka juga, Roh Allah berdiam di dalamnya. Karena itu, seharusnya kita mestinya menyapa sesama yang lain sebagai saudara bukan sebagai bawahan, pembantu, pelayan, tukang kebun atau buruh yang bisa kita pekerjakan sesuka hati sebab kita adalah majikannya.
Kamu Semua Adalah Saudara: Belajar Menghargai Martabat Orang Lain
Hari ini, Yesus malah mengajak kita untuk menyadari kehadiran orang lain dalam diri kita sebagai saudara. Kamu semua adalah saudara. Saudara menjadi sapaan yang begitu hangat dan bersahabat. Kata ‘Saudara’ ini jelas berbeda dengan kata ‘Pembantu’. Bila kedua kata atau sebutan ini kita gunakan untuk menyapa orang lain, sudah tentu kita akan mendapat sebuah respon yang berbeda-beda. Seorang pembantu tentu akan taat dan melaksanakan tugasnya sesuai apa yang majikan katakan tetapi tidak dengan kesungguhan. Bisa saja ia mengomel-mengomel di belakang. Ia marah-marah sebab terus disuruh untuk bekerja. Berbeda dengan kata saudara. Bila kita menyapa sesama kita dengan saudara bahkan pembantu sekali pun, ia tentu akan merasa sangat adem, damai dan dihargai meski sebenarnya ia juga diminta untuk melakukan sesuatu atau bekerja. Si pembantu itu akan mengerjakan tugasnya dengan penuh sukacita dan kesungguhan sebab ia merasa dirinya sangat dihargai dan dihormati.
Karena itu, marilah sekali lagi kita belajar untuk menyapa sesama kita sebagai saudara demi kehidupan yang lebih nyaman, damai dan penuh sukacita. Mari kita terus belajar untuk menghargai martabat orang lain dan kita bisa memulainya dengan memberi sapaan kepada mereka sebagai saudara. Semua ini bukan demi kepentingan diri kita sendiri yang terkadang sarat dengan ambisi politis dan manusiawi kita tetapi karena pada hakekatnya kita adalah saudara. Semoga Rahmat Tuhan Memberkati kita hari ini.Amin,
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.