Justru Mencari Sumber Lain | Renungan Harian

Picture By Bernasnews.com

Senin Masa Adven I

Bacaan Pertama: Yes. 2:1-5

Bacan Injil: Mat. 8:5-11

Penaclaret.com – Sahabat-sahabat Pena Claret yang dikasihi Kristus. Akhir-akhir ini media sosial dibanjiri dengan informasi mengenai persoalan-persoalan yang terjadi baik di negara kita maupun negara-negara lain. Berita tentang korupsi, pelecehan seksual, pembunuhan, perkelahian, dan perselingkuhan menjadi trending topik berita di negara kita. Menariknya bahwa persoalan tersebut terjadi tidak hanya pada kalangan tertentu, tetapi dalam seluruh kalangan.

Bertolak dari realitas yang kita alami, bagi saya, persoalan selalu datang dan menimpa siapa pun yang ada di dunia ini tanpa memandang bulu: orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, tinggal di kota, desa atau pun yang bermukim di daerah pegunungan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, berbagai upaya telah diusahakan oleh setiap orang untuk mencegah dan menanggulanginya. Namun, faktanya manusia tak mampu mengelak dari masalah yang ada. Harus diakui bahwa kita tidak mampu mengatasi setiap permasalahan itu dengan kekuatan sendiri. Dengan demikian, kita sangat membutuhkan pertolongan dan jalan keluar yang terbaik dari permasalahan yang menimpa diri kita.

Baca juga :  Melanggar Sabat

Sahabat Pena Claret yang baik hati. Kisah bacaan Injil hari ini sangat menarik untuk kita renungkan bersama. Penginjil Matius menampilkan kepada kita seorang perwira Romawi yang disebut ‘centurion’ komandan 100 orang tentara dan menjadi tulang punggung dari pasukan. Ia dikenal karena keberanian, dedikasi, dan tanggung jawabnya. Jika dilihat dari statusnya, tentu kita sepakat bahwa secara finansial dan penghargaan dalam kehidupan sehari-hari terjamin. Namun, status yang dimiliki perwira tersebut tidak menjadikan dia bebas dari persoalan.  Justru yang terjadi adalah dia akan menerima banyak persoalan.

Jika kita bertolak dari bacaan Injil, maka jelas bahwa seorang perwira sedang mengalami persoalan, yaitu hambanya sedang terbaring di rumah karena sakit lumpuh. Tentunya sang perwira sudah berusaha untuk menyembuhkan hambanya tersebut. Namun, boleh kita katakan bahwa usahanya itu belum menuaikan hasil yang sempurna. Kendatipun demikian, ia tidak menyerah. Akhirnya, perwira itu membuat keputusan untuk datang dan meminta pertolongan kepada Yesus. Yesus pun tergerak hati-Nya untuk menolong dan hamba perwira itu mengalami kesembuhan.

Antara aksi dari perwira dan reaksi dari Yesus ada tiga hal yang menyatukan keduanya. Pertama, kasih dan tanggung jawab. Perwira memiliki kasih dan tanggung jawab terhadap hambanya yang sakit itu. Kedua, kerendahan hati. Perwira memiliki kerendahan hati. Ketika Yesus hendak datang ke rumahnya untuk menyembuhkan hambahnya dia berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku,” (Mat 8:8a). Ketiga, iman. Perwira memiliki iman yang besar. Ia mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, tetap cukup sepatah kata saja yang diucapkan Tuhan akan sanggup menyembuhkan hambanya (Mat 8: 8b). Ketiga hal tersebut yang mendorong sang perwira untuk meminta bantuan kepada Yesus dan sekaligus yang menggerakan hati Yesus untuk membantu sang perwira. Kendatipun Yesus tidak mengenal si perwira.

Baca juga :  Level Sukacita

Sahabat-sahabatku yang baik hati. Bagi saya keputusan yang dibuat perwira adalah bagian dari usaha untuk menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Ia menyadari keterbatasannya dalam proses pemulihan dari hambannya. Karena itu, ia mencari orang lain yang bisa membantunya. Keputusan untuk meminta bantuan kepada Yesus merupakan keputusan yang tepat. Ketepatannya itu dilihat dari hasil yang ia peroleh.

Baca juga :  Soal Cuci Tangan, Yesus dan Orang-orang Farisi

Pengalaman kita menghadapi persoalan dan bagaimana cara mengatasinya, tentu memiliki kesamaan dengan seorang perwira. Namun, dalam memilih solusi yang tepat kita sangat jauh berbeda. Kadang kita minta bantuan kepada sesama, atau meng-upload segala persoalan di media sosial, yang pada akhirnya semua itu menjadi sumber persoalan baru. Oleh karena itu, kita perlu meneladani sikap yang dibangun oleh sang perwira. Dia saja yang tidak mengenal Yesus dan hanya mendengarkan dari orang lain tentang mukjizat Yesus saja bisa menjadikan Yesus sebagai jalan keluar dalam mengatasi persoalan. Mengapa kita yang mengenal dan bahkan mengimani Yesus justru mencari sumber lain menjadi jalan keluar untuk mengatasi persoalan hidup kita? Kita belum terlambat untuk bertindak seperti sang perwira. Semoga masa adven ini menjadi waktu yang tepat untuk berbenah diri dan selalu bersandar pada Dia yang sedang kita nantikan.