Jala Itu Diseret Orang ke Pantai

Sabda Harian - Todi Manek, CMF

Jala
Gambar: nationalgeographic.grid.id

ClaretPath.com – Jalan Itu Diseret Orang ke Pantai

  • Kamis, 1 Agustus 2024, Pekan Biasa XVII
  • Injil Matius 13:47-53

Seorang pelaut tentu tahu, lebih baik jika kita membongkar isi jala di pantai. Akan muncul kerugian kalau kita gegabah membongkar jala selama masih berada di tengah laut. Terutama bagi para pelaut tradisional, menyeret jala ke pantai merupakan sebuah keharusan.

Memang betul, ketika kita menyeret jala dari tengah laut hingga ke pantai, kita butuh tenaga yang sangat besar. Mengapa demikian? Karena, selain jala dalam keadaan basah, jala pun tidak hanya berisi ikan hasil tangkapan, tetapi bisa jadi juga ada ikan beracun, ikan mati atau berbagai kotoran.

Baca juga :  Menjadi Manusia yang Tahu Diri | Renungan Harian

Jika kita mencoba melepaskan semua hal lain selain ikan hasil tangkapan selama berada di dalam laut, kita bisa saja akan kehilangan juga ikan-ikan baik hasil tangkapan kita. Oleh karena itu, seorang pelaut profesional tentu dia akan menyeret semua isi jala ke pantai meski harus menanggung beratnya beban.

Hanya dengan cara demikian, seorang pelaut mendapatkan hasil tangkapan dengan baik. Ketika berada di pantai, barulah ia mulai memilah ikan yang baik dan yang tidak baik.

Yesus paham situasi tersebut. Selama berkarya, Ia tinggal di Kapernaum (bdk. Mat 9:1), persis di bibir pantai Danau Galilea, sehingga Dia sungguh tahu. Ia telah mengamati dan paham, setiap kali para nelayan menangkap ikan, mereka selalu menarik jala ke pantai. Tidak pernah mereka membongkar isi jala selama masih berada di dalam laut.

Baca juga :  Semut: Sebuah Pengalaman Perutusan | Renungan Harian

Tuhan Yesus menggunakan pengalaman harian tersebut untuk menjelaskan tentang situasi Kerajaan Surga pada Akhir Zaman. Dia mau menekankan bahwa Kerajaan Surga dicapai bukan karena sebuah loncatan menuju hasil akhir, melainkan sebuah proses penuh kesabaran dan kehati-hatian.

Seperti nelayan yang tidak gegabah membongkar jala selama masih berada di dalam laut, demikian pun proses memasuki Kerajaan Surga. Kita tidak boleh gegabah. Kita perlu bersabar dan waspada hingga menggapai tepi pantai.

Baca juga :  Yohanes: Stay on The Rule

Di pantailah tempat terbaik untuk membongkar jala, melihat isinya dan memilah hasil tangkapan. Jadi, kita tidak perlu menghakimi diri sendiri, sesama dan seluruh alam ciptaan, jika dalam proses menuju Kerajaan Surga, tampak bagi kita tidak elok lagi rupanya. Kita perlu bersabar dan waspada.

Kita perlu menyeret semua beban dari dalam laut hingga mencapai tepi pantai kehidupan kita. Rasanya berat, karena tidak sedikit bebannya. Akan tetapi, kesabaran dan kewaspadaan tersebut membuat kita tetap merasa diri berharga di mata Tuhan (bdk. Yes 43:4).