Ingatan Kekal Allah

Ingatan Kekal Allah
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.ComIngatan Kekal Allah

Hari Rabu Pekan IV Masa Prapaskah, 22 Maret 2023

Bacaan I: Yes. 49:8-15

Bacaan Injil: Yoh. 5:17-30

Saudari-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, salam sehat dan damai sejahtera untuk kita semua. Bacaan pertama dari nubuat Nabi Yesaya menggambarkan kepada kita bahwa Allah itu pengasih dan penyayang. Ia selalu menyediakan apa yang manusia butuhkan. Ia menyanyangi orang tertindas dan tak akan melupakan manusia. Inilah yang kita sebut sebagai ingatan kekal Allah. Hal yang menjadi basis permenungan kita hari ini dari nubuat Yesaya adalah di ayat ke 15 terangkum dengan sangat jelas bahwa “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyanyangi anak dari kandungnya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakannya.”

Baca juga :  Bersama Maria Belajar Menjadi Setia

Ayat ini mau mengafirmasi bahwa kasih Allah kepada manusia itu unlimited tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Mengapa unlimited? Dalam bacaan Injil narasi suci Penginjil Yohanes menegaskan pernyataan Yesus sekaligus mengafirmasi fakta unlimited.  “ Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku” salah satu bentuk kasih Allah kepada manusia yang tidak terbatas pada ruang dan waktu adalah Allah akan memperhitungkan semua tingkah laku manusia selama peziarahannya di dunia. Ia akan “mengakumulasi” dengan takaranNya. Pada masa penghakiman tiba Kristus akan mengadili apa yang harus Ia adili. Pengadilan Kristus itu adil.

Baca juga :  Kasih Tidak Memandang Dunia Dengan Kaca Mata Justifikasi

Mari Menenun Ingatan Kekal Allah Dalam Diri

Allah tidak akan pernah melupakan anakNya. Ingatan Allah akan semua mahkluk ciptaanNya bersifat abadi. Aktualiasasi atas ingatan kekal Allah atas manusia adalah Ia ada bersama mereka sejak manusia mengalami sebuah “keterlemparan eksistensial” (baca: ada di dunia dan hidup sebagai manusia penyejarah) sampai mereka kembali ke-asal mereka yakni Allah dan mengalami sebuah pengadilan oleh Kristus untuk hidup sebagai yang kekal dalam bilangan penghuni surgawi atau neraka. Di hadapan ingatan kekal Allah atas diri kita, apakah kita menghendaki agar ingatakan kekal Allah tersebut menghantar kita pada keabadian surgawi atau Neraka? Mari menenun ingatakan kekal Allah akan diri kita. Semoga.