ClaretPath.com – Harus Pertahankan atau Melepaskan
Senin, 03 Juni 2024, Hari Biasa Pekan XI
Bacaan I: 2 Ptr. 1:1-7
Bacaan Injil: Mrk. 12:1-12
Mereka yang sering scrolling Tikt Tok pasti tau kisah ular dan gergaji. Ada sebuah ular yang sangat buas. Segala mangsa dan musuh yang mendekatinya akan dibunuh. Entah mematok atau melilit. Tibalah suatu kesempatan, sebuah gergaji tukang kayu yang jatuh di punggung ular itu. Ular ini segera melilit, karena sangkanya gergaji itu adalah musuhnya. Lagi pula goresan gerigi gergaji itu sangat kasar. Saat melilit, tikaman gergaji itupun menancap semakin dalam dan menimbulkan rasa sakit yang hebat. Sayangnya, sangkah si ular itu, gergaji keras kepala, melakukan perlawanan yang hebat terhadap lilitannya. “Siapa gerangan mahkluk bergerigi ini, berani-beraninya mengganggu tidurku” tukas si ular. Ia pun mengumpulkan segala kekuatan yang masih tersisa dan menlilit sekuat tenaga gergari itu. Alih-alih menghancurkan gerjagi, ular malang itu mati lemas dan badannya terpotong-potong menjadi beberapa bagian.
Orang-orang upahan yang tidak mau melepaskan
Hari ini penginjil Markus mengisahkan orang-orang upahan, sebut saja karyawan, yang tidak mau menyerahkan hasil kebun kepada pemilik kebun (bdk. Mrk. 12:1-12). Bisanya setelah musim panen, tuan tanah akan mengirim utusan untuk meminta hasil. Namun para pengolah lahan tersebut itu tidak mau memberi hasil panen. Tidak saja itu, mereka justru tega membunuh para utusan pemilik kebun tersebut. Mendengar itu, si tuan kebun akhirnya mengirim puteranya sendiri. Mungkin mereka ini akan takut dan segan dengan puteranya. Tetapi kenyataannya puteranya itu mendapat nasib yang sama dengan para utusan terdahulu.
Tindakan orang-orang upahan yang keras kepala dan tidak tau malu itu membuat si tuan naik pitan. Ia kemudian datang langsung ke tempat itu dan membinasakan semua orang upahan itu. Ladanyan juga disewakan ke orang lain, yang mungkin lebih bermoral.
Berdiskresi: Mana yang harus dipertahankan atau dilepaskan
Para pembaca yang budiman, orang-orang upahan tersebut mirip dengan ular malang itu. Karena tidak sadar dengan siapa yang ia hadapi, mereka akhirnya mati lemas. Mereka juga enggan melepaskan; mereka menggenggam sesuatu yang sebenarnya bukan kepunyaan mereka. Padahal barang yang mereka gengam adalah sumber musiba. Barang itu bagaikan bom waktu.
Pesan untuk kitapun sangat sederhana. Hidupilah kebajikan matiraga dan sikap iklas. Kadang ada banyak hal yang kita miliki justru memakan korban. Dan ironisnya korbannya adalah si pemilik sendiri, yakni kita. Maka, periksalah dengan seksama; kira-kira apa yang boleh saya pertahankan dan yang mesti lepaskan.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus