ClaretPath.Com-Hal Berpuasa
Hari Jumat Pekan Biasa Ke-XXII, 2 September 2022
Bacaan I: 1 Kor 4:1-5
Bacaan Injil: Lukas 5: 33-39
Para saudara yang terkasih bacaan pada hari ini sangat menarik untuk direfleksikan bersama. Point utama dalam permenungan kita kali ini ialah diskusi mengenai hal berpuasa. Puasa bagi orang Farisi merupakan suatu tindakan amal untuk memperoleh keselamatan. Hal ini yang kemudian mendorong orang-orang farisi untuk menegur setiap orang yang tidak mengindahkan laku praktek seperti mereka.
Pada ayat 33 kita melihat orang-orang farisi menghujani Yesus dengan satu pertanyaan yang cukup menohok, “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembayang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum”. Pertanyaan tersebut menuntut Yesus untuk memberikan jawaban sekaligus melepaskan secercah cahaya untuk memberikan pencerahan kepada mereka. “Sahabat mempelai laki-laki tidak dapat berpuasa sebab mereka sedang berada dalam suasana pesta bersama dengan mempelai laki-laki”. Sesungguhnya Yesus memberikan satu jawaban yang sederhana mengenai adanya Dia bersama dengan para murid-Nya. Sejak Yesus tampil, kegembiraan sejati itu seyogyanya telah mulai. Dan murid-murid-Nya menjadi pelopor untuk memeriahkan kegembiraan tersebut.
Pengajaran Yesus ini rupanya tidak mudah untuk dimengerti oleh orang-orang farisi. Tentu ada beberapa alasan yang melatarbelakangi semuanya itu. Pertama, orang Farisi sejak semula sudah tidak menaruh simpati terhadap pergerakan dan perbuatan Yesus yang menurut mereka jauh dari apa yang telah mereka hidupi. Kedua, Pengikut Yesus semakin bertambah dari hari ke hari.
Berpuasa Berarti Ada Bersama Sang Guru
Para saudara yang terkasih tidak bisa membenarkan bahwa pernyataan Yesus sebagai bentuk penolakan yang radikal terhadap laku praktek berpuasa. Tetapi yang Yesus tawarkan ialah suatu tindakan yang tulus ikhlas tanpa ada maksud tertentu supaya semua orang mengetahui bahwa mereka sedang berpuasa. Toh, sampai pada saatnya murid-murid-Nya juga akan berpuasa pada waktu Yesus disalibkan sampai pada kebangkitan-Nya.
Saudara-saudari yang terkasih seringkali dalam realitas hidup, kita sering mencela sesama kita tanpa memiliki alasan yang jelas dan pasti. Mungkin saja celaan yang kita sampaikan kepada sesama hanyalah bias dari sikap egois tanpa mempelajari lebih jauh dan lebih cermat situasi dan keadaan yang ada dalam ruang lingkup hidup bersama.
Kiranya dengan semangat sehati dan seperasaan menghantar kita untuk lebih dekat dengan Yesus dan membuat kita lebih peka dalam merasakan kehadiran Allah dalam keseluruhan hidup kita setiap hari terlebih khusus dengan sesama. Sebab, berpuasa sejatinya berarti ada bersama Sang Guru. Semoga.
pengembara