ClaretPath.com – Dalang di Balik Puasa
Renungan Harian Jumat, 24 Februari 2023
Puasa bagi orang Yahudi umumnya, dan Farisi khususnya, puasa merupakan suatu tindakan amal untuk memperoleh keselamatan. Karena itu puasa diwajibkan. Anjuran tradisi inilah yang kemudian mendorong orang-orang Farisi untuk menegur orang Yahudi yang tidak mengindahkan laku puasa. Yesus dan para Muridnya tidak lolos dari bilangan ini. Akan tetapi dalam praksis hidup, intensi puasa tersebut melebur. Puasa hanya sebuah tindakan kultis belaka yang tidak jarang disalahgunakan untuk kepentingan picik.
Gambaran Penginjil Matius tentang orang Farisi yang menghujani Yesus dengan pertanyaan dilematis sangat menarik untuk dianalisa. “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah mengandung niat menyudutkan. Akan tetapi, tanggapan Yesus cukup bijak. “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa (Mat. 9:15). Jawaban Yesus hendak menegaskan bahwa orang berpuasa bukan karena ikut-ikutan atau karena sebuah rutinitas, tetapi karena sebuah kesadaran dan kebutuhan.
Para saudara yang terkasih tidak bisa membenarkan bahwa pernyataan Yesus sebagai bentuk penolakan yang radikal terhadap laku praktek berpuasa. Yang Yesus tawarkan ialah suatu tindakan yang tulus ikhlas, tanpa embel-embel. Toh, sampai pada saatnya murid-murid-Nya juga akan berpuasa pada waktu Yesus disalibkan sampai pada kebangkitan-Nya.
Pernyataan Yesus ini mengingatkan pembaca ClaretPath.com sekalian akan bahaya pencitraan yang seringkali menjadi dalang tindakan kita. Orang bertindak bukan karena suatu intensi yang tulus, melainkan pada suatu nilai yang dangkal: agar disukai, dihargai, dan tidak jarang pamer diri.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus