ClaretPath.com – Cardenal dan Yang Belum Puas
Renungan Harian: Kamis, 16 Mei 2024, Pekan Paskah VII
Bacaan Pertama: Kis 22:30; 23:6-11
Bacaan Injil: Yoh 17:20-26.
Inspirasi kecil dari Ernesto Cardenal
Ernesto Cardenal (1925-2020), sahabat karib uskup Casaldàliga, pernah menuliskan satu sajak yang sangat menggugat, “Panggilan Tuhan itu aneh. Ia membawa ke jalan yang sepi, ke tempat yang gelap dan sunyi, masuk dan masuk lagi ke dalam, tetapi bersama-nya.”
Saya membaca kalimat dahsyat itu sewaktu masih di novisiat, di Benlutu, Soe. Bahkan saya mencatat kalimat itu dalam buku harian saya, Kutipan Kata Kata Dahsyat. Kalau tidak salah kira-kira tiga tahun lalu. Dan itupun dari sumber sekunder, yaitu Jorge Mario Bergoglio: Fransiskus, Paus dari Dunia Baru (2013), karya Andrea Tornielli. Karena itu, maklumlah saya belum kenal siapa itu Ernesto Cardenal. Apalagi konteks atau latar belakang yang mendorong penanya menggoreskan kalimat dahsyat itu (paling kurang untuk saya).
Siapakah Tuhan dalam kekacauan?
Setelah sampai di Jogja dan belajar ilmu filsafat-teologi, saya penasaran dengan sosok Ernesto Cardenal itu. Ternyata Cardenal adalah seorang imam Katolik, sastrawan, revolusioner yang bergelu dengan rezim diktator Anastasio Somoza dan orang miskin di Nicaragua. Sementara Nicaragua pada masa Cardenal adalah sebuah negara kecil di Centro Amerika yang menjadi ladang eksploitasi para kapitalis dan antek-anteknya. Ia menuliskan kata katanya di atas dalam desakan pertanyaan “siapakah Tuhan dalam situasi yang demikian kacau?” Rupanya Tuhannya adalah yang sedang berjuang bersamanya dalam kekacauan, kesunyian, dan sepi hanya demi orang miskin, keadilan, kemanusiaan.
Paulus dan Tuhan yang Tidak Puas
Hari ini Liturgi Gereja Katolik menyuguhkan kisah Paulus yang sebagai penjahat dan pengkhianat bangsa Yahudi. Entahlah sudah berapa banyak penjarah dan rumah tahanan yang menjadi gubuk “rasul bagi orang asing” itu. Tapi yang jelas Paulus sendiri mengisahkan bahwa ia sudah berpindah dari penjara ke penjara. Dikisahkan bahwa di hadapan amukan massa Yahudi yang hendak mengadilinya, Paulus dengan cerdik melerai mereka dengan menciptakan pertikaian di antara mereka, yaitu tentang iman akan kebangkitan. Dalam kacamata orang percaya hal itu adalah bukti penyelenggaraan ilahi. Tetapi betapa paradoksal bahwa setelah kejadian itu, Tuhan masih meminta Paulus untuk bersaksi di Roma, sebuah kota metropolitan kala itu yang jauh dari kampung halamannya. Yang pastinya lebih sulit. Seolah yang tadi itu belum cukup.
Cardenal dan Tuhan Yang tidak Puas
Dan persis itulah yang dikatakan Cardenal tentang panggilan Tuhan yang memanggil kita ke jalan yang sepi, ke tempat yang gelap dan sunyi. Masuk dan masuk lagi …. Tentu saja itu butuh iman, tanpa iman panggilan yang semacam itu menakutkan, horor, dan mengecewakan. Dan mungkin karena itulah Yesus sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini, sebelum meninggalkan murid murid-Nya masih berdoa bagi mereka agar mereka teguh beriman; tetap percaya meskipun Ia tak bersama mereka secara jasmani seperti dulu lagi.
#_ Cardenal dan Yang Belum Puas
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus